Aktivitas Syuting Padat, Pemain Lokal Kurang Dihargai

0

PROSES penggarapan film sejarah Perang Banjar sudah mendekati akhir. Total, pengambilan gambar (syuting) selama 12 hari dengan melibatkan puluhan orang pemain. Lantas, bagaimana dapur produksi penggarapan film yang disutradarai Irwan Siregar ini? Untuk menghasilkan satu adegan atau scene, tidaklah mudah. Sebab, perlu ketelitian, ketepatan, dan tidak boleh ada kesalahan. Dalam penggarapan film perang Banjar, ada puluhan adegan yang harus diambil.

SELAMA  proses pengambilan gambar, para pemain bisa menunggu dari pagi sampai malam. Bahkan, tidak hanya itu, meski sudah ada jadwal dan menunggu sampai malam, pengambilan gambar ditunda oleh pihak penggarap. Hal inipun, menjadi keluhan dari beberapa pemain. Apalagi, sebagian di antara para pemain tersebur juga aparatur sipil negara (ASN),  guru, karyawan, dan bahkan ada pula pejabat struktural Pemprov Kalsel.

Tidak hanya itu, banyak di antara pemain yang diberikan jadwal untuk hadir pagi hari. Namun, harus menunggu sampai malam hari untuk pengambilan gambar. Kondisi ini, membuat sebagian pemain lelah. Terlebih, bagi para pemain lokal juga tidak ada kontrak kerja. Sehingga, tidak ada tanggung jawab atau kewajiban dalam film tersebut. Ada satu adegan pengambilan gambar harus ditunda karena salah satu pemain tidak berhadir meski ada jadwal. Pihak produksi film, tidak bisa menuntut pertanggungjawabam karena tidak ada kontrak kerja.

Akibat dari kondisi itu, ada sebagian adegan yang harus dirubah atau dimodifikasi menyesuaikan kondisi di lapangan. Sehingga, sebagian adegan tidak sama persis dengan naskah yang ditulis oleh Gusti Raden.

Dikonfirmasi kepada Execuitve Produser Film Sejarah Perang Banjar, H Aftahuddin melalui aplikasi Whatsapp ia mengatakan terkait proses shooting yang cukup melelahkan pihak pemain tersebut, ia menyebut tidak terlalu mengetahui kondisi di lapangan. Sebab, lanjutnya, hal itu merupakan wewenang asisten sutradara. “Biasa kalau di Jakarta pemain dan estras itu harus standby untuk kolingan, biasanya berapa yg dibutuhkan oleh kru dan dilihat scene yang diambil. Berapa pemain yang dibutuhkan baru bisa diambil, dan kesiapa kru art untuk properti yang dipasang,” ujarnya.

Sedangkan terkait kontrak kerjasama para pemain, H Aftahuddin juga tidak bisa memberikan keterangan lebih. Karena, menurut dia, semuanya tanggung jawab tim produksi. “Jadi itu bisa langsung tanyakan ke astrada (asisten sustradara), kalau produser dia juga menyerahkan ke team produksi. Yang bertanggung jawab tentang pemain itu adalah team produksi,” tegas pengusaha gula ini.

Di sisi lain, sineas lokal Ade Hidayat menilai apa terjadi di lapangan sudah bisa ditebak. Sebab, lanjutnya, dari naskah yang jumlah adegan puluhan kemudian di breakdown master waktunya terlalu singkat. Pihak produksi, ujarnya, terkesan terburu-buru membuat time table.

Dengan jadwal shooting hanya 12 hari, pola yang digunakan selayaknya kejar tayang seperti penggarapan sinetron. “Dampaknya sekarang sudah diterima, crew kewalahan karena ada retake (teks ulang) dan pemindahan tempat secara mendadak,” ucapnya.

Sedangkan terkait tidak adanya kontrak kerja menurut Ade, hal itu sama saja dengan mengesampingkan pemain atau talenta lokal. Seakan-akan, ujar Ade, pemain lokal tidak ada harganya sama sekali. Ia menilai, jika bukan untuk menyukseskan film tersebut para pemain lokal tidak akan mau bermain.

Sebab, lanjutnya, mereka diperlakukan seperti mengemis untuk bermain. Semangat yang ada dalam diri pemain, karena hanya ingin menyukseskan film bersejarah Banjar. Jika saja film ini komersial, maka dipastikan para pemain tidak akan mau terlibat. “Kontrak sama pemain juga tak ada, makanya mereka semena-mena membuat jadwal. Dan itu merupakan bentuk pelecehan terhadap pemain lokal. Bentuk orang-orang lokal tidak dihargai sama sekali,” tandasnya.

Sementara itu, Hijrah, salah satu tim produksi penggarapan film ini dan biasa membagikan jadwal syuting kepada para pemain ketika diminta penjelasan mengaku bukan kapasitas dirinya. Sehingga, ia tidak mau memberikan keterangan. Baik soal jadwal yang biasa tidak sesuai, atau soal kontrak kerja pemain.(jejakrekam)

Penulis : Wan Marley

Editor   : Fahriza

Foto     : Dok Imam Bukhori

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.