Ironis, Kalsel Rangking 17 dalam Peredaran Gelap Narkoba

0

INDONESIA sudah menjelma jadi pasar narkoba terbesar di Asia Tenggara. Segala lini sudah memasuki daratan negeri ini dan merambah penduduknya. Kerugian akibat penyalahgunaan narkoba ini ditaksir mencapai Rp 63 triliun baik secara ekonomi maupun kerugian nasional.

IRONISNYA tak ada satu pun wilayah di Indonesia ini yang terbebas dari narkoba. Sebagai data pembanding di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang ada di Kalimantan Selatan pada 2016 lalu, tercatat hanya 6 pemakai narkoba, sisanya 104 adalah para pengedar. Bahkan, kasus narkoba sangat mendominasi perkara yang ada di Kalimantan Selatan.

Fakta ini diungkap Pergiwati Pristiana Kusuma S.Psi, penyuluh narkoba dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Selatan dalam kegiatan belajar bersama Komunitas Pelangi dengan Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin di Rumah Makan Raja Kharisma, Rabu (12/4/2017).

“80 persen pengiriman narkoba ke Indonesia itu melalui perairan, dan para gembon yang mendekam di penjara justru yang mengendalikan bisnis narkoba dengan modus yang berubah-ubah. Dengan adanya transaksi narkoba yang mendatangkan uang yang lebih besar, akhirnya membuat oknum penegak hukum juga turut tergoda,” ujar Pergiwati Pristiana Kusuma.

Ia membeberkan untuk pengguna narkoba pada 2015 di Indonesia, berdasar hasil survei BNN dan Puslitkes Universitas Indonesia, menempatkan Kalimantan Selatan berada di urutan ke-17 dengan jumlah pemakai 55.598 orang atau 1,89 persen dari total penduduknya mencapai 2,9 juta lebih. “Ironisnya, hukuman mati yang diterapkan di Indonesia justru tidak konsisten terhadap para gembong narkoba,” cetus Pergiwati.

Sementara itu, DR Wahyudin menilai dampak narkoba benar-benar merusak, bukan saja pada diri sang pemakai, tapi juga lingkungan keluarga dan sekitarnya. “Para pengguna narkoba ini akan terganggu fungsi otaknya, daya ingat menurun, sulit berkonsentrasi, suka berkhayal, intoksisasi (keracunan), overdosis, gejala putus zaat serta gangguan dalam perilaku atau mental sosial,” ujar dosen IAIN Antasari Banjarmasin ini.

Dari hasil penelitian, DR Wahyudin mengungkapkan dari hal yang ingin mencoba serta bergaul dengan bebas, akhirnya banyak remaja akhirnya terjerat dalam penyalahgunaan narkoba. Untuk itu, Wahyudin menekankan pentingnya peran keluarga dalam menangkal dan mengawasi anak sejak dini agar tak terjerumus dalam lingkaran setan narkoba.

Sementara itu, aktivis LK3 Banjarmasin, Mariatul Asiah juga menekankan pentingnya kaum perempuan untuk sadar bahwa narkoba merupakan musuh bersama. “Dengan menempatkan narkoba sebagai musuh besar, maka bisa dinaikkan menjadi aksi kepedulian bersama hingga akhirnya kita melawan narkoba,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis   : Didi G Sanusi

Editor    :  Didi G Sanusi

Foto       :  Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.