Ajak Para Blogger, Adaro Ingin Tunjukkan Diri Ramah Lingkungan

0

EKSISTENSI PT Adaro Indonesia sebagai kontraktor tambang batubara yang membentang di empat kabupaten dan dua provinsi, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dan ingin memperkenalkan kiprahnya kepada publik, selama 5 hari sejak Kamis (6/4/2017) dan berakhir Senin (11/4/2017), menggaet para blogger untuk bermukim di kawasan tambang.

ADA 13 blogger dari Jakarta, Tabalong, dan Balangan, termasuk Arbain Rambey, fotografer senior Kompas tersebut mengajak para pegiat tulis-menulis dan fotografi ini untuk melihat langsung praktik pelestarian lingkungan yang dilakukan Adaro serta objek-objek binaan CSR.

Kegiatan dibuka dengan pemaparan terkait kegiatan operasional dan pengelolaan lingkungan PT Adaro Indonesia oleh Iswan Sujarwo, Advisor PT Adaro Indonesia dan Didik Triwibowo, QHSE Compliance Department Head PT Adaro Indonesia di Guest House Dahai.

Sri Maya, guru SMAN 2 Juai yang tergabung menjadi peserta mengatakan kegiatan itu telah mengumbah imejnya terhadap Adaro, terutama terkait pengelolaan lingkungan. Maya mengaku kerap mendapat pertanyaan dari murid-muridnya di sekolah tentang nasib lubang-lubang tambang, setelah Adaro tutup nantinya.

“Pak Didik menjelaskan terkait komitmen reklamasi yang akan dilakukan Adaro pasca tambang. Jujur saja, pemaparan itu membuka mata saya. Besok saya akan membahas ini dengan murid-murid di sekolah,” ujarnya.

Destinasi pertama yang dikunjungi peserta adalah area nursery. Di sana, para blogger disambut oleh Budi Suprianto, Nursery and RevegetationSection Head PT Adaro Indonesia. Menurut Budi, selama ini telah banyak kunjungan dari berbagai elemen masyarakat ke area nursery.

“Area ini tidak hanya digunakan sebagai lokasi pembibitan semata, tapi juga sebagai tempat pembelajaran dan penelitian bagi masyarakat luas,” kata Budi.

Ia menjelaskan, area nursery mampu menampung 130 ribu bibit tanaman. Per bulannya, lanjut Budi, tim di area nursery rata-rata dapat memproduksi 30 ribu bibit dari 73 jenis tanaman. Sekitar 19 di antaranya adalah bibit tanaman lokal, seperti angsana, ulin, gaharu, meranti, ketapang, dan pulai.

Untuk pembibitan tanaman langka seperti ulin, Budi dan timnya harus mengeluarkan usaha ekstra. Tim nursery harus blusukan ke hutan-hutan di Kalimantan Selatan untuk mendapatkan biji ulin. Setelah mulai bertunas, pertumbuhannya sangat lambat, sehingga dibutuhkan ketelatenan yang tinggi dalam merawatnya.

Selepas dari nursery, peserta diajak mengunjungi area WTP (Water Treatment Plant) untuk melihat proses pengolahan air tambang menjadi air bersih, sebelum melanjutkan kunjungan ke area reklamasi Paringin.

Di area bekas tambang yang saat ini kembali hijau tersebut, para blogger melihat langsung upaya Adaro untuk mengembangbiakkan nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), sebuah jenis nila unggulan yang merupakan hasil kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), menggunakan air tambang.Tak sekadar melihat, para peserta juga diberi hidangan ikan nila bakar yang baru saja diangkat dari kolam.

Salah satu peserta kegiatan yang bergiat dalam wadah Traveler Kaskus, Zaki Yamani mengaku kaget ketika mencicipi rasa ikan nila di area reklamasi yang terasa lebih segar dibanding ikan nila biasa. Menurut Zaki, apa yang dilakukan Adaro di area reklamasi dapat mengubah persepsi masyarakat tentang industri batubara yang memiliki citra kotor dan merusak lingkungan.

“Nyatanya, Adaro bisa memanfaatkan air tambangnya untuk mengembangbiakkan ikan. Itu hal yang sangat menarik bagi saya,” ujarnya.(jejakrekam)

Penulis  : Sugianoor

Editor    : Didi G Sanusi

Foto      : Sugianoor

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.