TERBENTUKNYA Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalimantan Selatan tak hanya berorientasi pada penghimpunan putra-putri keturunan Dayak, tapi juga harus menunjukkan identitas diri yang memiliki kultur budaya yang luhur.
SABAN tahun, Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) menggelar Pekan Budaya Dayak Nasional (PBDN). Pada 2016 lalu bertempat di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta pada 24-27 November 2016, dihelat PBDN II yang menjadi wahana informasi dan sosialisasi eksistensi budaya, pariwisata hasil industri, perdagangan, peluang investasi serta ragam budaya tradisional masyarakat Dayak.
Dalam tradisi tahunan itu, dipertunjukkan Dayak Art Show seperti parade musik sape, tari tradisional, atraksi silat, orasi budaya, parade layu berbahasa Dayak, bajonggan, dan lainnya. Bukan hanya itu, kuliner khas Dayak pun disuguhkan di stand pameran, bersama display budaya dan potensi daerah. Kekhasan itu juga mencakup pawai budaya, tari kolosal, lomba menyumpit yang menjadi kultur Dayak. Di samping itu, juga diisi pameran seni kerajinan tangan Dayak seperti tato, pahatan, perisai lukis dan anyaman. Sebagai puncaknya, digelar seminar dan talkshow bernuansa budaya Dayak.
“Kehadiran pengurus DAD Provinsi Kalimantan Selatan ini harus makin mempopulerkan budaya Dayak agar lebih dikenal luas baik berskala lokal maupun nasional,” ujar Bendahara II DAD Provinsi Kalsel, H Yuni Abdi Nur Sulaiman, di Banjarmasin, Sabtu (28/1/2017).
Ketua Kerukunan Keluarga Bakumpai (KKB) Pusat ini berharap lebih banyak budaya Dayak yang bisa digelar dalam berbagai even berskala lokal dan nasional. Apalagi, H Iyun-sapaan akrab putra almarhum pengusaha kondang Banua, HA Sulaiman HB ini mengatakan pada 2017 akan kembali digelar PBDN III di Jakarta. “Jadi, budaya Dayak khususnya dari Kalimantan Selatan bisa ditampilkan di pentas nasional itu. Jelas, keberadaan DAD Kalsel akan lebih dikenal,” imbuhnya.(jejakrekam)
Penulis : Arief Rahman
Editor : Didi GS
Foto : Dayak Borneo