Terpaksa Tak Berani Naikkan Harga Produk Masakan

0

DI tengah menaiknya harga bahan bumbu masak, seperti bawang merah dan cabe, membuat sejumlah pengusaha kuliner di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, berharap ada campur tangan pemerintah, agar harga hasil pertanian itu makin stabil.

KEPUNGAN bisnis kuliner khususnya berjaringan makin meramaikan usaha rumah makan di Banjarmasin. Tak mengherankan, pada 2017 ini, bisnis kuliner diperkirakan masih menjanjikan di tengah makin melambatnya perekonomian nasional, serta harga-harga yang makin tak menentu seperti bawang merah dan cabe, belakangan ini.

“Selama ini, kami selaku bisnis kuliner lokal memang harus menghadapi gempuran rumah makan berjaringan asal luar Banjarmasin. Bukan hanya itu, stabilitas harga bahan baku masakan juga seharusnya dijaga dan mendapat perhatian dari pemerintah daerah,” kata Aulia Abdi, pemilik Rumah Makan Sambal ARB, Kamis (19/1/2017)/

Dia mencontohkan harga cabe dan bawang merah yang sempat meroket, beberapa waktu lalu, jenis membebani biaya operasional rumah makin. Padahal, menurut Aulia Abdi, dalam bisnis kuliner sedikit saja mengurangi rasa, terutama bumbu masak akibat harga bahan baku yang mahal akan sangat berdampak pada omzet masakan yang terjual serta frekuensi pengunjung yang datang.

Namun, optimisme Aulia Abdi yang kini memiliki beberapa cabang gerai rumah makan khas masakan Banjar ini bahwa pada 2017 ini bisnis kuliner tetap menggairahkan. “Terutama di perkotaan, budaya masyarakat urban yang lebih suka makan di luar rumah, karena lebih praktis dan banyak pilihan menjadi pangsa pasar kami,” kata Aulia Abdi.

Agar bisa bertahan dan berkembang, Aulia Abdi pun punya tips yakni memberi sentuhan rasa masakan yang nyaman dengan harga kompetitif. “Kalau tidak, ya masakan khas Banjar seperti yang kami tawarkan akan kalah bersaing dengan pebisnis kuliner yang makin marak di Kalimantan Selatan, terutama di Banjarmasin,” tuturnya.

 

Kesulitan untuk membukukan keuntungan akibat fluktuatifnya harga bumbu masak, seperti cabe dan bawang merah, juga dirasakan para pebisnis kuliner berjaringan. Eko Waryono, Kepala Cabang Rumah Makan Q5 Wong Solo ini mengatakan biaya operasional rumah makanya tiap tahun menaik, kemudian harus menghadapi fluktuasi harga bahan kebutuhan pokok. “Hal ini ditambah kondisi daya beli masyarakat yang masih rendah seperti sekarang. Padahal, jika harga kebutuhan pokok itu stabil, maka pengusaha kuliner akan mampu bertahan di tengah situasi ekonomi yang masih tak menentu seperti sekarang,” tutur Eko Waryono.

Ia mengkalkulasi bahwa sebagian besar pengeluaran itu terhadap pada bahan baku. Agar tak mengecewakan para pelanggan, Eko Waryono mengakui sementara waktu tak akan menaikkan harga jual produknya. “Naik sedikit saja, akan berpengaruh pada kuantitas konsumen yang datang ke sini,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Arief Rahman

Editor   : Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.