Stunting Masih Tinggi, Ibnu Cemas Menunggu Hasil Penetapan Angka Di Banjarmasin

0

PEMERINTAH Kota Banjarmasin, terus lakukan upaya penanggulangan untuk mengatasi angka stunting yang tinggi.

STAKEHOLDER terkait pengentasan stunting pun diundang dalam rembuk stunting, yang digelar di Aula Calamus, Rattan Inn Hotel Banjarmasin, Selasa (23/4/2024).

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM), Helfiannor mengatakan, salah satu intervensi yang dilakukan menyasar para calon pengantin alias catin.

Hal tersebut agar sebelum melangsungkan pernikahan, catin mau bersedia mengisi data di aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). “Khususnya ini untuk para catin yang berusia di bawah 19 tahun,” ujarnya.

BACA: Angka Stunting Banjarmasin Masih 24 Persen, Dari Target Capaian 14 Persen

Hal itu dinilainya sangat penting, mengingat untuk pencegahan stunting harus diperhatikan dan dilakukan pada 1.000 hari pertama ketika anak baru lahir.

Maka dari itu, diperlukan edukasi yang tepat untuk kaum muda atau remaja, agar lebih memerhatikan kesehatan dan kecukupan gizi. Sehingga saat menikah dan hamil nantinya, akan mengandung keturunan yang sehat.

Meskipun begitu, dilanjutkannya hal itu masih belum mudah untuk dilakukan, sebab masyarakat saat ini masih lebih memilih untuk melakukan hal yang lebih mudah dan instan. “Mereka ingin simpel, lalu kepengurusan datanya mengupah orang lain. Nikah di bawah tangan alias nikah siri,” tekannya.

Untuk itu, ia menekankan agar ketika ada masyarakat yang hendak menikah, pihak kelurahan melalui pemdamping catin bisa meminta catin untuk mengisi aplikasi itu.

Dilain sisi, terkait dengan angka stunting di Banjarmasin. Berdasarkan data hingga Tahun 2022 tadi. Presentase angkanya berada di 22,4 persen. “Untuk data di Tahun 2023, itu masih belum keluar. Tapi hari ini ada rakernas di Kemenkes. Nanti bisa diketahui,” ucapnya.

“Dan target tahun ini diharapkan bisa turun menjadi 17 persen,” tutupnya.

BACA JUGA: Target Angka Stunting Turun 17 Persen di Tahun 2024, Kader KB di Banjarmasin Dilatih Pendataan

Sementara itu Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina juga angkat bicara terkait pengentasan stunting. Dirinya mengaku cukup deg-degan menanti hasil rakernas Kemenkes RI, terkait angka stunting di Banjarmasin.

“Kami tentu berharap terjadi penurunan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, dari yang semula di angka 27 menjadi 22 persen,” ucapnya.

Dimana untuk target pemerintah pusat sendiri, Ibnu mengungkapkan ada di angka 14 persen. Oleh karena itu di Banjarmasin telah menetapkan di RPJMD untuk target stunting bisa di angka 17 persen.

Dirinya pun mengaku telah mendapatkan bocoran dari BKKBN terkait dengan angka stunting di Banjarmasin. “Tapi ternyata mengalami kenaikan, sekitar 0,1 persen,” tuturnya.

Bila dihitung dalam jumlah, menurutnya ada sekitar 1.100 anak yang mengalami stunting untuk Kota Banjarmasin.

“Dari 1.300 anak, turun ke 1.200. Kemudian turun lagi ke 1.100 anak. Tersebar di 21 kelurahan yang masih menjadi lokus stunting,” ucapnya.

Dirinya pun berharap, agar angka ini bisa turun di bawah 1000 anak pada tahun ini. Sehingga penanganan yang dilakukan artinya bisa memberi dampak. Dan angka yang ada bisa dipertanggungjawabkan.

Terkait penanganan sendiri, ia meyakini harus dilakukan dari sumbernya langsung. Yakni, dimulai dari para catin untuk mengisi aplikasi Elsimil.

BACA LAGI: Kemenkominfo Dorong Generasi Muda Banjarmasin Paham Stunting Sejak Dini

Kemudian, menggencarkan gerakan minum tablet tambah darah bagi anak SD hingga SMA, yang telah dibagikan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin dan puskesmas. “Tinggal yang satu ini, apakah diminum atau tidak. Makanya harus dipsatikan,” tekannya.

“Misalnya dengan cara, dibuatkan jadwal minum rutin bersama setelah upacara hari Senin,” sambungnya.

“Itu diminum sekali dalam sepekan selama setahun,” ucapnya lagi.

Dirinya pun meyakini, apabila hal itu bisa dilakukan dengan baik. Maka akan sangat berdampak untuk mempersiapkan fisik mereka.

“Saat menikah, mereka tidak kurang darah dan siap menikah. Dan ketika sudah menikah, mereka siap hamil,” ujarnya.

Penanganan dalam bentuk lain, yakni menambal kurangnya asupan gizi. Program ini dilakukan oleh petugas pendamping keluarga. Sasarannya, keluarga yang benar-benar rentan, miskin atau miskin ekstrem.

Ibnu berharap penyaluran program gizi tambahan ini tepat sasaran. “Petugas pendamping keluarga digaji oleh dinas terkait. Ketika menyerahkan bantuan, mereka sudah tahu harus memberikannya ke siapa,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis Fery Hidayat
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.