Dengan Semangat Hari Pendidikan, Belajar untuk Menjadi Lebih Baik

0

KAMMI Komisariat Banjarmasin menggelar diskusi negarawan dengan tema “Dengan Semangat Hari Pendidikan, Belajar untuk Menjadi Lebih Baik” dengan pembicara Pembina FPPL Banjarmasin Fatimah Adam, di halaman Gedung Serbaguna Universitas Lambung Mangkurat, Jumat (4/5/2018).

FATIMAH Adam menyatakan, pemerintah harus berani berinovasi dalam suatu sistem. Sebab, sudah ada peraturan tentang pendidikan, tapi terkadang masih ada lubang-lubang. “Lubang maksudnya, ada yang kadang terlewat. Contohnya, kalau ujian nasional, kalau sudah sepakat menggunakan internet, maka yang perlu dibenahi saat ini adalah peralatannya, karena tanpa peralatan, sesuatu yang inovasi tidak mungkin jalan,” bebernya.

Menurutnya, pemerintah jangan hanya melihat kawasan perkotaan saja, tetapi juga di pelosok. Kalau belum memadai untuk mengikuti teknologi tinggi, bisa dibantu untuk pengembangannya. “Tentu dibantu lebih diberatkan pada program anggarannya ke tempat yang bersangkutan,” jelasnya.

Kemudian, bagi dia, guru harus berhati luas. Artinya pendidikan sekarang bukan hanya nilai kognitif yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil, akan tetapi ada unsur lain, seperti efektif dan psikomotorik peserta didik.

“Kita tahu murid bukan hanya terlihat dari angka saja, tetapi sikapnya. Karena itu, pemerintah sudah membuat sebuah kurikulum yang memuat tiga hal, yaitu kognektif, efektif, dan psikomotorik,” jelasnya.

Menurut Fatimah, sekarang guru sudah mengemas tatanan efektif, sifat, dan tingkah murid yang dicatat setiap harinya. Apalagi dengan bakat psikomotorik yang diarahkan oleh guru dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki muridnya.

“Ini kemasannya di luar memang tidak terlihat, tapi sebenarnya dalam sistem pendidikan yang baru sudah bagus. Hanya saja, kalau tingkat mahasiswa sudah tahu bakat yang dipunya, tetapi untuk SMP dan SMA belum. Jadi, itu yang mesti kita benahi,” tegasnya.

Dalam merealisasikannya, Fatimah mengatakan, perlu dibantu, bukan hanya pemerintah dan gurunya, tetapi relasi. Makanya, lingkungan itu ditata dan juga ada istilah komite yang menurutnya tidak perlu dihapuskan. “Sekarang katanya sudah dihapuskan, dana komite tidak boleh, karena takut bocor. Sistemnya perlu diperbaiki, jangan dihapus dana komite dengan sistem yang terbuka. Misalnya ada sumbangan dari murid, itu perlu didiskusikan dengan orang tuanya sesuai dengan kemampuan,” bebernya.

Fatimah menambahkan, dengan dana yang dikelola secara terbuka bisa membeli sarana dan prasarana, hingga bisa menambah guru honorer sesuai psikomotorik muridnya, “Jadi kemasan itu yang harus kita lihat. Menurut saya, kalau dari atas sudah bagus, tinggal praktek dari bawahnya yang perlu terbuka,” katanya.

Bukan hanya itu, menurutnya, mutasi guru juga perlu diperhatikan. Sebab guru yang terkadang sudah lama mengajar di sekolah tersebut sudah merasa memiliki, jadi ketika sekolah ingin berkembang menjadi terhambat, akibat guru-guru senior yang dianggapnya kolot dengan tidak menerima perubahan.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.