Sucikan Diri dalam Melasti, Umat Hindu Usung Sesajen di Pantai Madani

0

RIBUAN umat Hindu Dharma Kalimantan Selatan menggelar ritual keagamaan Melasti di Pantai Madani, Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Rabu (14/3/2018) pagi. Ritual ini merupakan  bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1940.  

SELAIN naik truk, bus dan mobil pribadi, sebagian umat Hindu juga menggunakan sepeda motor dan  berjalan kaki menuju tempat peribadatan. Umat Hindu Dharma itu juga membawa beragam sarana upacara dan upakara sebagai bentuk penyembahan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.

“Melasti merupakan satu prosesi pendahuluan sebelum malam pengerupukan dilakukan. Melasti adalah pembersihan diri dari kekotoran alam semesta,” ujar Ketua Panitia Pelaksana, I Wayan Widiartha kepada jejakrekam.com.

Ia mengatakan sesudah ritual Melasti ini digelar, akan dilanjutkan Hari Suci Penyepian 1940 yang dimulai Jumat (16/3/2018) pukul 23.00 Wita, hingga 24 jam berikutnya.

“Kami benar-benar harus kembali bersih, dan tidak diperkenankan menyalakan api, termasuk api emosi dalam hati. Lalu berpuasa,” jelas Wayan.

Sebelum puncak rangkaian keagamaan itu, Wayan mengungkapkan  Melasti merupakan upacara awal untuk persembahan kepada Sang Maha Pencipta. Umat Hindu Dharma didaulat membawa sesajen yang dibacakan mantera dan doa doa oleh pandita. Mereka membawa sesajen itu ke Pantai Madani. “Kemudian, pandita memercikkan air suci kepada setiap umat yang membawa sesembahan,” tuturnya.

Pantauan di lapangan, para perempuan tampak mengenakan kebaya dipadu kemben berwarna terang dengan ikat pinggang khas umat Hindu. Sedangkan, para laki-laki mengenakan baju adat dilengkapi udeng atau ikat kepala.

Mereka menuruni jalur median jalan yang disekat menuju pantai. Berjalan membawa sesajen, mereka diiringi tabuhan bedug, gamelan dan irama sakral, seusai meletakkan sasembahan di atas meja yang disediakan. Kemudian, sesajen ini didoakan pandita dan dibacakan mantera. “Baru diperkenankan ke lapangan untuk rehat, juga menyaksikan penampilan tari-tarian,” katanya.

Tari-tarian khas kolaburasi adat dan Nusantara ditampilkan juga ditampilkan. Menurut Wayan lagi, tarian tersebut merupakan buah karya putra dan putri terbaik Kecamatan Sungai Loban. Tampilan tarian itu cukup spektakuler, lantaran telah berlatih selama enam bulan. Penari dihiasi pernak- pernik, ada yang menyerupai burung garuda dan burung cendrawasih. Juga seperti puteri cantik  yang membawa pesan dharma.

“Kami sangat bersyukur, suksesnya acara ini tak terlepas dari perhatian Pemerintah Tanah Bumbu yang menyumbang dana sebesar Rp 300 juta,” pungkasnya.

Tampak hadir dalam upacara melasti tersebut, Asisten I Setdakab Tanah Bumbu Idjar’i mewakili Bupati Mardhani H Maming, Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Kalsel, Kepala Kantor KementerianAgama Tanah Bumbu, anggota DPRD, perwakilan Kementerian Agama kalsel, Dandim 1002, Kapolres Tanah Bumbu, kapolsek dan para lurah.(jejakrekam)

Penulis Ibnu Syakban
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.