SK ESDM Bangkitkan Kembali Gerakan Aliansi Meratus

0

BERAGAM cara untuk menyuarakan penolakan terhadap rencana penambangan Pegunungan Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tak hanya kalangan mahasiswa, aktivis lingkungan, pegiat lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan jurnalis, aksi serupa yang dikemas dalam pagelaran seni bertajuk Aksi Peduli Alam Meratus di Taman Budaya Kalimantan Selatan, Minggu (28/1/2018) malam.

TOTALITAS para seniman dari 27 sanggar seni yang ada di Kalimantan Selatan, satu suara untuk menolak izin pertambangan batubara yang dikantongi PT Mantimin Coal Mining (MCM) di Blok Batutangga, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten HST.

Kepala Ombdusman Perwakilan Kalsel, Noorhalis Majid mengungkapkan jika Pegunungan Meratus yang masih menyimpan hutan tropis Kalimantan itu ditambang, maka akan mengancam Kalsel secara keseluruhan.

“Publik masih ingat pada 2000, ketika Pemprov Kalsel telah menyetujui tukar guling antara kawasan konsesi Kodeco dengan Pegunungan Meratus. Saat ini, bersama 30 organisasi kemasyarakatan, kita menolak rencana itu, hingga membentuk satu komando perjuangan bernama Aliansi Meratus,” tutur Noorhalis Majid, dalam sambutannya.

Jebolan STIE Indonesia ini mengungkapkan masalah itu juga tak dihenti-hentikan menjadi isu yang digarap kalangan jurnalis, para seniman mengatraksikan penolakannya, serta para mahasiswa dan aktivis turun ke jalan menolak rencana itu.

“Gelombang penolakan dari publik itu, akhirnya membuat rencana tukar guling di era Gubernur Sjachriel Darham itu dibatalkan. Saya rasa peristiwa semacam ini telah berulang, ketika Pegunungan Meratus kembali ingin ditambang,” ucap Majid.

Gerakan kedua penyelamatan Pegunungan Meratus bertajuk #savemeratus juga telah melibatkan banyak pihak, dari seniman dan budayawan, jurnalis, mahasiswa, aktivis lingkungan dan pegiat LSM harus kembali dipadukan. “Ini adalah momentum bagi kita untuk menyatukan penolakan terhadap rencana dari pemerintah pusat yang mengizinkan perusahaan menggarap Pegunungan Meratus,” cetus Majid.

Sementara itu, Ketua Pelaksana APAM 2018, Malidi Noviandri mengakui gerakan para seniman dan budayawan ini dipicu terbitnya SK Menteri ESDM yang telah mengikat kontrak dengan PT MCM untuk menambang Pegunungan Meratus di HST.

“Lewat acara seni APAM ini, telah berkumpul seluruh komponen dari para seniman, aktivis, budayawan, jurnalis dan lainnya yang satu suara menolak tambang,” kata Malidi.

Sedangkan, wartawan senior yang juga aktivis lingkungan, Budi ‘Dayak’ Kurniawan pun mengajak untuk menjaga ritme pergerakan ini agar menjadi tuntutan yang solid agar Pegunungan Meratus benar-benar terjaga dari segala macam aktivitas pertambangan dan perkebunan sawit.

“Jika Pegunungan Meratus itu ditambang, bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga akan mengancam kearifan lokal masyarakat Dayak Meratus. Dalam ritus masyarakat Dayak Meratus itu, tak ada upacara batubara. Yang ada, dalam aruh itu yang dipersembahkan berupa padi kepada Yang Maha Kuasa, bukan batubara apalagi sawit,” tutur Budi Kurniawan.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Fahriza

Foto     : Dok LK3

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.