Ajang Konferwil NU Kalsel Jadi Arena Pertarungan Parpol?

0

ARENA pemilihan Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Selatan yang berlangsung dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) NU di Gedung Dakwah NU, Jalan Achmad Yani Km 12,5 Gambut, Kabupaten Banjar, sejak 23-24 Desember 2017, berubah menjadi ajang pertarungan antar parpol.

ADA tiga poros kekuatan yang memperebutkan 15 suara PCNU di Kalsel, termasuk cabang istimewa Alabio dan Kelua. Informasi yang dihimpun jejakrekam.com, di arena Konferwil NU Kalsel, ada tiga figur yang memperebutkan posisi Ketua PWNU Kalsel yang ditinggalkan HM Syarbani Haira.

Berdasar tata tertib Konferwil NU Kalsel yang disepakati dalam sidang-sidang komisi, bahwa bakal calon ketua sedikitnya harus mengantongi dukungan lima PCNU selaku pemilik suara. Mekanisme pemilihan juga langsung dimiliki ketua PCNU, tanpa melibatkan sekretaris.

Menariknya, Sekdaprov Kalsel yang juga berasal dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kalsel, H Abdul Haris Makkie dikabarkan telah mengantongi 6 dukungan PCNU. Haris Makkie juga dibackup jaringan parpol, yakni Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Sedangkan, Nasrulah AR yang merupakan mantan Sekretaris PWNU Kalsel juga menggalang dukungan 5 PCNU. Nasrullah juga mendapat dukungan dari jaringan parpol, PKB, PPP dan Partai Gerindra dengan tokoh di baliknya yang disebut-sebut adalah pengusaha batubara, H Abidin.

Sementara itu, Ketua PCNU Amuntai Abdul Hasib Salim dikabarkan mengantongi dukungan 4 PCNU, serta didorong kekuatan parpol yang ada yakni PDI Perjuangan dan Partai NasDem.

Bahkan, surat dari organisasi yang mengklaim sebagai Komunitas Nahdlatul Ulama (NU) Garis Lurus beralamat di Jalan Jafri Zam Zam Banjarmasin, atas nama Radiansyah sebagai ketua dan sekretaris, Syamsul Rizal meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengawasi ajang pemilihan Ketua PWNU Kalsel.

Mengapa ajang Konferwil NU Kalsel memanas? Ada beberapa analis yang mengaitkan posisi ormas Islam ini sangat menentukan dalam Pemilu 2019 serta Pilpres 2019.  Ini dikarenakan, massa ormas Islam ini sangat potensial, bahkan terbesar kedua setelah Jawa Timur di Indonesia.

Sayangnya, mantan Ketua PWNU Kalsel HM Syarbani Haira disinggung soal ini enggan mengomentarinya. Ia menyilahkan kepada para pemilik suara khususnya 15 PCNU untuk menentukan pilihannya, khususnya kepada figur yang dianggap layak menakhodai ormas Islam yang berakar kuat di Kalsel.

“Saya serahkan sepenuhnya kepada para pemilik suara. Sebab, mereka yang nanti menentukan nasib NU Kalsel ke depan,” kata Syarbani Haira kepada jejakrekam.com, seusai Doa Bersama untuk Palestina yang dipimpin Raim Aam PBNU, KH Ma’ruf Amin, pada Sabtu (23/12/2017) malam.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Istimewa

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.