Muhasabah NU Kalsel di Bawah Duet Kiai Syarbani-Nasrullah

0

TULISAN ini dibuat dalam rangka “Tahadduts bin ni’mah”. Yakni, berbagi kisah tentang kesan-kesan Ana (saya) menjadi bagian dari keluarga besar Nahdhatul Ulama (NU) Kalimantan Selatan.

PERSINGGUNGAN Ana dengan NU Kalimantan Selatan bermula dari persahabatan yang terjalin lama dengan KH Nasrullah AR yang hari ini menjabat sebagai Sekretaris PWNU Kalimantan Selatan. Kami berada dalam satu fraksi di DPRD Provinsi Kalsel, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dari tahun 2009 hingga 2014.

Haqqal kalaaam, Ana terkesan dengan kegigihan Kiai Nasrullah dalam memperjuangkan NU di DPRD. Masa itu posisi beliau belum menjadi Sekretaris PWNU. Namun dalam kapasitas beliau sebagai wakil rakyat, salah satu aspirasi yang dengan getol beliau perjuangkan adalah Pembangunan Gedung Dakwah Nahdhatul Ulama, yang hari ini “bi’idznillah” telah berdiri megah di Pal 12 (Jalan Achmad Yani Km 12,5 Gambut, Kabupaten Banjar).

Dengan telaten beliau menempuh proses lobi dan silaturahim kepada 8 Fraksi DPRD Provinsi, demi terwujudnya hajat NU ini. Batin Ana berpikir kala itu, Kiai Nasrullah adalah sosok muda dengan energi khusus, bergerak dengan tanggung jawab penuh demi jam’iyyah.

Sejak itu, mulailah Ana menjalin silatul-arham, komunikasi, dan intensitas yang cukup dalam dengan para guru, aktivis, dan kiai-kiai di Nahdhatul Ulama Kalimantan Selatan. Ana kemudian dikenalkan pula dengan Almukarram KH. Syarbani Haira, Ketua PWNU Kalsel, yang pada periode kedua kepemimpinan beliau, menunjuk tokoh muda yang saya kagumi tadi, KH. Nasrullah AR. , untuk mendampingi beliau sebagai sekretaris.

Kiai Syarbani adalah pribadi yang egaliter, cair, dan membaur dengan siapa saja. Kepemimpinan beliau membawa angin segar terhadap perkembangan Nahdhatul Ulama di Kalimantan Selatan dengan ide-ide yang mengarah pada modernisasi dan perbaikan organisasi. Bersama Kiai Nasrullah, Kiai Syarbani mewariskan karya nyata berupa berdirinya Gedung Dakwah Nahdhatul Ulama dan Universitas NU Kalimantan Selatan.

Di tengah kepercayaan publik terhadap NU soal pendidikan dan pembenahan organisasi yang relatif datar, barangkali dua warisan ini relatif tak terbayangkan sebelumnya. Ana pun menyaksikan, bahwa proses untuk sampai pada realisasi tentu bukan proses yang instan. Pendirian Gedung Kampus, misalkan, adalah bermula dari obrolan Kiai Syarbani dan Kiai Nasrullah dengan Pak Ali Masykur Musa di VIP Room Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru. Prosesnya kemudian diteruskan dengan komunikasi elit KH.

Nasrullah bersama Bapak Rudy Ariffin, Gubernur menjabat ketika itu, dilanjutkan dengan Peletakan Batu Pertama Kampus UNU. Kiai Nasrullah juga membangun komunikasi dengan Ketua DPRD Banjarmasin masa itu, Bapak Nasib Alamsyah untuk mendampingi Gubernur Rudy Ariffin. Sebagai tindak lanjut, berdiri lah Gedung Dakwah Universitas NU atas bantuan pemerintah provinsi.

Tiga tahun lalu, qadarullah menghantarkan ana bergabung secara kaffah di Nahdhatul Ulama, dengan wilayah pengabdian sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama ( PCNU) Banjarmasin. Banyak hal yang membuat ana berdecak kagum dengan organisasi yang didirikan oleh Para Ulama dan Awliyaa ini; dari tradisi Bahtsul Masaail yang luar biasa dalam dan kaya keilmuan, dinamika muktamar, dan lain-lain.

Dan, di Kalimantan Selatan, Kiai Syarbani dan Kiai Nasrullah bergerak padu laiknya simfoni. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya tak terpisahkan. Jika yang satu berperan sebagai konseptor, yang satu eksekutor. Bahkan dalam banyak hal, dua-duanya konseptor karena senantiasa berdiskusi, dan dua-duanya berperan sebagai eksekutor yang menorehkan capaian-capaian kongkrit.

Iklim organisasi yang dirajut keduanya menunjukkan betapa lembaga jika dibangun dengan spirit kebersamaan, benar-benar “kal bunyaan yasyuddu ba’dhuhy ba’dhaa”, laiknya bangunan yang seling menguatkan. Kiai Syarbani dikenal dekat dengan anak muda, Kiai Nasrullah dekat dengan Ulama. Bahkan Ana, kerap kali diajak diskusi dan bermudzakarah berdua dengan Kiai Nasrullah, saling bertukar Kitab Klasik, dan berbagi pemahaman tentang Kitab Kuning.

Terakhir, dalam rangka menjawab aspirasi warga nahdhiyin untuk talaqqi dengan para Ulama, Kiai Nasrullah menginisiasi kegiatan Harlah NU Kalimantan Selatan sekaligus Haul Guru Tuha Tuan Guru KH Abdul Qadir Hasan, pendiri NU Kalimantan Selatan. Inisiasi ink secara spontan disambut dengan amat terbuka oleh Kiai Syarbani, hingga terwujud sukses.

Tidak kurang dari 20 ribu warga NU hadir, dengan penceramah Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj dan Tuan Guru Zuhdiannoor. Hadir pula guru-guru tuha seperti KH. Khalilurrahman, para Habaib, dan Tuan Guru Sepuh lainnya. Sebagai agenda besar di penghujung kepengurusan, Kiai Syarbani dan Kiai Nasrullah membuktikan secara seremonial bahwa kepemimpinan mereka berdua memiliki dampak besar dalam membangun NU di Kalimantan Selatan.

Atas segala ihsan, abdi, dan pengurbanan, kita wajib mengucap terimakasih. “Man lam yasykurinnaas lam yasykurillaaah”. (jejakrekam)

Penulis : Habib Ali Al-Kaff

Ketua PCNU Banjarmasin

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.