Banjarmasin Kini Penuh Taman, Terpenting Biaya Pemeliharaan Tak Membengkak

0

USAI menyabet rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan catatan kota terbanyak yang memiliki koleksi tumbuhan taman vertikal, Banjarmasin terus dipenuhi berbagai taman. Kelanjutan pembangunan taman vertikal di sepanjang Jalan S Parman pun tampak terlihat mulai digarap sejak Minggu (6/5/2018).

PARA pekerja pun telah memasang beberapa rangka besi yang menjadi wadah pot-pot bung ataman vertikal, hingga digarap malam hari. Status Banjarmasin yang menjadi kota penuh taman vertikal sepertinya hendak dikejar di era kepemimpinan Walikota Ibnu Sina-Wakil Walikota Hermansyah.

Maklum saja, melalui dana CSR dari PT HM Sampoerna Tbk dan Yayasan Inspirasi Anak Bangsa telah menyulap beberapa kawasan gersang seperti Jalan S Parman yang minim pepohonan menjadi rindang dan indah dengan kehadiran taman vertikal.

Gerakan Balai Kota untuk menghiasi wajah ibukota Provinsi Kalimantan Selatan memang telah dimulai sejak Taman Kamboja sebagai sentral ruang publik disulap pada 2010 dengan nilai proyek Rp 2 miliar, hingga berlanjut di era kepemimpinan Ibnu-Hermansyah dengan jargonya Banjarmasin Baiman (Barasih wan Nyaman).

Data yang dihimpun jejakrekam.com, ada beberapa taman vertikal maupun taman horizontal dibangun. Seperti pembangunan Taman Siring Jalan Sutoyo S pada 2015 senilai Rp 800 juta, Taman Jembatan Pangeran di Jalan Antasan Kecil Barat segede Rp 600 juta,  Taman Simpang Adhyaksa Rp 449 juta, Taman Achmad Yani Km 6 Rp 849 juta, Taman Publik Ramah Anak Terpadu Benua Anyar Rp 700 juta, dan Taman Banjarmasin Selatan Rp 402 juta serta Taman Banjarmasin Utara Rp 407 juta. Banyak lagi, taman-taman mini yang dibangun.

“Pembangunan taman-taman yang cukup gencar dilakukan di era pemerintahan Ibnu Sina-Hermansyah ini bagus-bagus saja. Malah, kawasan Jalan S Parman yang gersang bisa lebih indah dengan adanya taman vertikal itu,” ucap pengamat tata kota, Adhi Surya Said kepada jejakrekam.com, Minggu (6/5/2018).

Magister perencanaan wilayah dan urban Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku dengan banyaknya taman, tentu produksi oksigen di Banjarmasin akan lebih baik lagi. “Hal ini juga berpengaruh terhadap psikologis warga jika suasana kota lebih sejuk dan hijau. Beda kalau gersang sangat erat kaitannya dengan tipikal masyarakat yang agak keras,” tuturnya.

Apalagi, menurut dia, Banjarmasin juga meraih prestasi dari MURI dengan banyaknya tumbuhan taman vertikal. Hanya saja, dosen Fakultas Teknik Uniska MAB ini mengingatkan agar taman-taman yang ada itu sepatutnya diintegrasikan dengan ikon kota sungai. “Okelah konsep kota hijau atau kota cerdas (smart city), tapi juga harus memikirkan bagaimana bisa menyelaraskan dengan konsep kota sungai,” ucap Surya.

Pria yang juga aktif di studi budaya dan sejarah ini mengatakan dengan begitu banyaknya taman, maka ongkos pemeliharaan juga harus dipikirkan agar menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. “Bagaimana nanti ketika taman-taman itu banyak, namun hanya bisa membangun tapi lemah dalam pemeliharaan. Buat contoh, meski bukan berada di wilayah Banjarmasin, seperti taman-taman yang ada di kawasan Handil Bakti akan terancam digusur dengan adanya pelebaran jalan,” kata Surya.

Ia berharap agar meski Banjarmasin dijejali dengan taman-taman hijau, namun tak boleh yang mencuat ke publik justru kesan buang-buang duit. “Pertanyaannya lagi adalah apakah kebijakan ini tetap konsisten, begitu nantinya berganti walikota misalkan. Apalagi, Banjarmasin cukup banyak memiliki taman seperti dibangun Pemprov Kalsel dengan Taman Edukasi Banua, hal semacam ini perlu sinergitas agar nantinya biaya pemeliharaan taman-taman itu tak membengkak,” imbuhnya.(jejakrekam)

 

 

 

 

Penulis Arpawi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.