Geger Majapahit dan Gajah Mada adalah Kerajaan Islam

0

HIPOTESIS jika Kerajaan Majapahit yang selama ini diklaim bercorak Hindu-Budha mulai ‘digugat’. Belakangan ini warganet pun dibuat geger. Ada pro dan kontra bahwa Kerajaan Majapahit merupakan sebuah Kesultanan Islam yang membentang kekuasaan di Nusantara.

ARGUMEN ini makin diperkuat adanya informasi bahwa Maha Patih Gadjah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa adalah seorang muslim dan bernama asli Gaj Ahmada. Bahkan, informasi ini lantas menjadi viral di sosial media.

Banyak yang membantah hipotesis dan argumen tersebut. Tidak sedikit yang menilainya sebagai hasil cocokologi, dan tidak sedikit yang menertawakan dan menjadikan meme. Informasi yang viral itu menyebut bahwa penelitian soal Gaj Ahmada dilakukan Lembaga Hikmah dan Kajian Publik Pengurus Daerah (LHKP PD) Muhammadiyah Kota Yogyakarta.

Setidaknya ada 6 poin yang menjadi dasar argumen. Yakni, penemuan koin Majapahit bertuliskan syahadatain, nisan Sunan Maulana Malik Ibrahim yang menyebutkan bahwa dirinya merupakan Qadhi (hakim agama Islam) Kerajaan Majapahit dengan, lambang Majapahit berupa matahari dengan tulisan Arab, Raden Wijaya adalah seorang muslim. Nama Gajah Mada disebut sebagai Gaj Ahmada atau Syaikh Mada, dan dikaitkan pula dengan eksodus besar-besaran warga muslim Baghdad ke Nusantara setelah diserang tentara Mongol pada tahun 1293.

Poin-poin tersebut ini tentu berbeda dengan sejarah yang diajarkan di sekolah bahkan hingga dunia kampus sampai sekarang bahwa Majapahit adalah Kerajaan Hindu. Begitu juga dengan agama yang dianut Gajah Mada.

Menanggapi silang pendapat ini, akademisi sejarah Kalimantan Selatan, Muhammad Iqbal menilai bahwa masyarakat di era digital ini seyogyanya jangan memamah informasi secara serampangan. Cek dan ricek lagi. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta mengatakan bahwa studi sejarah bukan ilmu cocokologi atau pseudo agamaisasi ilmu pengetahuan.

“Informasi itu harus diuji dan diuji terus-menerus meski beda perspektif dalam simpulannya. Masyarakat kita malas membaca dan pendidikan sejarah di sekolah diajarkan dengan begitu buruk. Bertabayyunlah setelah meneguk informasi baru dan jangan tergesa-gesa percaya dan menyimpulkan’’ kata Muhammad Iqbal saat dihubungi jejakrekam.com via surel, Minggu (18/6/2017). Ia  menegaskan tak  ada pelurusan sejarah. “Yang ada hanya pembuktian baru dan perspektif baru gunakan nalar dan iman’’ ungkap lelaki berkacamata ini.(jejakrekam)

 

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.