Menjaga Tanaman Endemik Kalimantan dari Kepunahan

1

KALSEL memiliki keanekaragaman hayati yang kaya, baik tanaman obat, buah-buahan, maupun kekayuan. Pegunungan Meratus yang membentang di sebagian besar kabupaten di Kalsel menyimpan aneka tumbuhan.

BANYAK buah-buahan khas Kalimantan Selatan dan tidak ada di daerah lain, seperti Kapul Kusit, Limpasu, Kulidang, Kasai, Mahrawin, Karantungan, Puyi’in, Tampang Susu (Limpatu), Bebuku, beberapa jenis Durian, Tampirik, dan buah lainnya.

Jenis pohon kayu juga berbagai macam seperti  Ulin, Damar, Keruing, Meranti, dan sebagainya. Dan, bunga diidentifikasi ada berbagai jenis anggrek yang tumbuh di batu (Litofit), tumbuh di tanah (Terestia), dan yang menempel di pohon (Epifit), serta bebungaan lainnya.

Diperkirakan ada sekitar 2.500-3.000 spesies anggrek di hutan Kalimantan. Sementara, jenis-jenis anggrek endemik yang ada di hutan Kalsel, seperti Eulophia Spectabilis, Suresh, Oberonia Microphylla Blume, Phlaenopsis Modesta.

Salah satu yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbanda) Kalsel melalui UPT Kebun Raya Banua bersama Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kebun Raya Balangan, dan Pena Hijau Indonesia melakukan trip panjang ke Balangan dan Tabalong, guna mencatat dan mendokumentasikan sampel tanaman buah, obat, dan kayu-kayuan di Pegunungan Meratus yang membentang di dua kabupaten itu.

Selama satu minggu, Tim Ekspedisi Meratus 2018 menjelajahi Pegunungan Meratus Desa Marajai, Desa Tinggar, dan Desa Padang Jelamu, Kecamatan Halong, Balangan.

Di kawasan Desa Marajai, tim berkesempatan mendaki beberapa gunung guna melakukan pencatatan dan pendokumentasian hayati yang ada di kawasan tersebut. Berkilo-kilo meter jalan dan berjam-jam waktu, dilalui tim guna mencari, menemukan dan mendokumentasi beratus-ratus tanaman, khususnya endemik Kalsel, yang tumbuh di Pegunungan Meratus kawasan Balangan.

Diungkapkan anggota tim peneliti Kebun Raya Banua, Riany, dua hari pertama ekspedisi dan eksplorasi, tim menemukan dan menandai 32 jenis tanaman (buah-buahan, obat, dan kayu-kayuan), yang terdiri atas 127 pohon anakan dan individu, serta 230 pohon. Total ditemukan 357 bijian dan anakan.

Tim Ekspedisi Meratus 2018 yang dipimpin peneliti dari BP2LHK Syaefuddin (peneliti) didampingi Edi Suryanto (teknisi Litkayasa), serta staf pembantu peneliti dari Kebun Raya Banua, Pena Hijau Indonesia, serta pemandu dari masyarakat lokal, menemukan banyak tanaman endemik Kalimantan di Pegunungan Meratus yang nyaris punah, sehingga perlu adanya upaya pelestarian.

“Untuk itu, kami mendokumentasikan dan melakukan upaya pelestarian dengan menanam anakan dan biji yang kami temukan di Kebun Raya Banua,” kata Syaefuddin.

Mengacu pada eksplorasi yang dilakukan pihaknya, banyak ditemukan flora endemik dan khas Pegunungan Meratus, yang beberapa diantaranya berstatus tanaman langka dan keberadaannya kian terancam.

Teknisi Litkayasa BP2LHK Edi Suryanto menambahkan, selain mencatat dan mendokumentasikan tumbuhan, pihaknya juga mencatat pH tanah, suhu tanah, kelembaban, dan suhu.

“Koordinat tempat tumbuhan ditemukan. Data tersebut sangat penting bagi identitas tanaman di Kebun Raya,” kata Edi.

Hanif Wicaksono mengatakan, ada buah atau tanaman Kalimantan yang buahnya sama, tapi penyebutannya berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Kebun Raya Banua Kalsel dibangun sejak 2012 lalu, di lahan seluas sekitar 100 hektare di kawasan perkantoran Pemprov Kalsel, saat ini telah memiliki berbagai koleksi aneka flora khas Kalimantan.

Jumlah tanaman di Kebun Raya Banua untuk pembibitan 8.000 spesimen, koleksi tertanam 1.299 spesimen dari 231 jenis penghijau, ditambah ornamen 3.510 spesimen dari 46 jenis, dan sekitar 300 spesimen anggrek. Ada pula berbagai tanaman berkhasiat obat.

Kepala UPT Kebun Raya Banua, Agung Sriyono mengatakan, Ekspedisi Meratus 2018 memfokuskan eksplorasi keanekaragaman hayati di dua kabupaten, yakni Tabalong dan Balangan.

“Tim akan berada di lapangan selama dua minggu, dalam rangka melakukan pencatatan spesies-spesies tumbuhan yang ada di kawasan itu,” katanya.

Dalam kesempatan ini, ia juga mengungkapkan, selain Kebun Raya Banua milik Pemprov Kalsel, sejumlah kabupaten juga berencana membangun kebun raya dalam rangka menyelamatkan keanekaragaman hayatinya, seperti Tanah Laut, Tabalong, dan Balangan.

Sementara itu, keikutsertaan Pena Hijau Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap upaya penyelamatan keanekaragaman hayati yang ada di Kalsel.(jejakrekam)

Penulis : Andi Oktaviani

Editor   : Andi Oktaviani

Foto     : Andi Oktaviani

1 Komentar
  1. Anton Ciptady berkata

    Setuju tentang survey flora dan fauna di kedua kabupaten tersebut demi menjaga tanaman endemik Meratus. Jangan lupa kalo sudah ketemu untuk segera didaftarkan dan dibudidayakan agar kelestariannya betul2 terjaga.

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.