Distribusi Gas Melon Bermasalah? Ada Permainan, Lapor ke Pemkot dan Polresta Banjarmasin

0

WARGA Banjarmasin mengeluhkan kelangkaan dan mahalnya Liquified Petroleum Gas (LPG) tabung ukuran 3 kilogram alias gas melon. Faktanya, ketika warga yang ingin membeli harus menebus dengan harga Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu di tingkat pengecer.

PLT Asisten II Bidang Perekonomian Setdakot Banjarmasin, Doyo Pudjadi menegaskan kelangkaan gas melon belum bisa dibuktikan secara pasti. Sebab, Doyo baru saja melihat ketersediaan gas bersubsidi itu di pangkalan masih banyak. “Artinya tidak bisa dikatakan LPG ukuran tiga kilogram langka di Banjarmasin,” ucap Doyo Pudjadi kepada wartawan di Balai Kota, Rabu (29/8/2018).

Ia memperkirakan kemungkinan dalam pendistribusian LPG yang diperuntukkan kepada golongan masyarakat miskin ini tidak merata, meski dalam satu pangkalan tersedia. Namun, kata Doyo, bisa saja di pangkalan lain bisa berkurang, bahkan tidak ada.

“Jadi, kita simpulkan ada sesuatu yang tidak beres dalam pendistribusian mulai dari Pertamina, agen, pangkalan, hingga ke konsumen,” kata Doyo.

Menurut dia, perlu ada pengawasan lebih intens apabila kebutuhannya tidak sesuai pada saat di lapangan. Ia berencana akan mengkonfirmasi lagi dan melakukan tindakan refresif guna membuktikan, apakah ini memang kelangkaan atau ada sesuatu yang mungkin menyebabkan di beberapa tempat kosong.

Doyo mencontohkan, ketika ada droping dari truk masih ada ketersediaan, kemudian dikatakan sudah habis ini tentu menjadi tanda tanya besar. “Apakah memang keperluan pangkalan cukup sekian tabung, kemudian dibilang kosong, atau memang ada sesuatu. Ini perlu kita buktikan,” ucapnya.

Menurut dia, perlu ada penajaman ketegasan dan upaya refresif terhadap pendistribusian LPG selepas dari Pertamina, ketika pihaknya memiliki data konkret. Maksud Doyo agar tidak mengorbankan masyarakat kecil tidak mendapatkan haknya membeli gas bersubsidi, akibat kelangkaan LPG.

“Ini yang akan kita coba, targetnya bukan hanya sekarang, tetapi kedepannya tidak terulang terus menerus. Kasihan masyarakat kecil ketika kelangkaan LPG sebagai kebutuhan dasar, lalu menghilang,” katanya.

Doyo berpesan, apabila masyarakat ada menemukan adanya penyelewengan seperti penimbunan LPG, bisa segera informasikan kepada Polresta ataupun Pemkot Banjarmasin untuk segera ditindaklanjuti.

Ia melanjutkan, kerjasama ini sangat diperlukan Pemkot maupun Polresta Banjarmasin dalam melakukan upaya tindakan. “Bahkan kalau perlu ada penegasan yang lebih konkrit. Supaya kejadian ini jangan dimainkan terus. Masa masyarakat miskin menjadi korban terus menerus,” pungkasnya.

Seperti penuturan Abdul, salah satu penjual pentol di depan Makam Sultan Suriansyah, di Jalan Kuin Utara, Banjarmasin Utara mengaku saat ini harga gas LPG ukuran 3 kilogram di tingkat pengecer masih berkisar Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu. “Saya kemarin beli di pengecer Rp 35 ribu per tabung,” katanya.

Biasanya harga gas LPG 3 kilogram, menurut Abdul, hanya sekitar Rp 22 ribu pertabung di tingkat pengecer. Akibat kelangkaan gas ini, ia mengaku kelimpungan dan terpaksa membeli mahal. Pasalnya sulit untuk beraktivitas di dapur. Apalagi untuk keperluan usaha dagang pentolnya.”Mau tidak mau harus dibeli, karena kebutuhan hidup,” ucap Abdul.(jejakrekam)

Penulis Arpawi
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.