Rabu Sore Nan Sejuk di Lapangan Murjani Banjarbaru

Oleh : Muhammad Ramli Jauhri

0

SEPERTI halnya jama’ah yang lain, sama dalam hal antusias, penasaran plus rindu dengan sosok sang ustadz.  Berkesempatan hadir mewakili Ra’is al Ma’had, tempat menimba ilmu dan wadah pengabdian PP. Waratsatul Fuqaha Banjarbaru.

PERSIS seperti undangan dari panitia, kehadiran sang ustadz beserta Syekh Asal Banjar dan Syekh Rasyid. Sekitar pukul 16.30 Wita, rangkaian acara tahap demi tahap dilalui, dengan panduan MC. Dibuka dengan lantunan ayat yang terdengar renyah oleh Syekh Rasyid, kemudian disambut dengan lantunan ayat-ayat yang bermakna teduh oleh Imam Masjid Birrul Walidain Makkah, Syekh Asal Banjar. Sejuk sekali.

Sebelum waktu yang telah ditunggu oleh jama’ah laki-laki perempuan yang terhitung sejak pukul 13:00 perlahan berhasil menghiasi seluruh wajah lapangan Dr. Murjani dengan polesan baju koko dan jilbab, memutih, semarak. Walikota dan wakil berdiri bersama, memberikan sambutan ke seluruh warga mereka. Benar-benar sejuk.

Akhirnya, satu paket tausyiah komplit sang ustadz suguhkan. Lengkap dengan suara lantang dan tegas beliau, sekalipun guratan raut lelah tidak dapat ditutupi. Durasi 75 menit terhitung beliau berdiri gagah dihadapan jama’ah, namun dengan pembawaan santun, hangat lagi humor dengan logat melayu yang kental. Mengapa paket komplit ?

Perihal HUT RI ke 73.

Banjarbaru, kota para alim ulama, kota santri pelajar dan pendidikan. Para pejuang bangga dengan yang dipersembahkan oleh Kota ini, bahwa Kemerdekaan adalah Syukur. Tabligh Akbar ini merupakan inisiatif yang bernilai ibadah dan menjadi amal jariyah para panitia penyelenggara. HUT RI ke 73 bertepatan dengan hari dan bulan mulia (17 Agustus 2018 pada hari Jum’at dan masih dalam 10 awal bulan Dzulhijah).

Perihal Tanah Banjar

Rasa takzim dan hormat beliau dengan Syekh Muhammad Arsyad al Banjari (Datu Kelampayan), terhitung tidak kurang dari 3 kali beliau sebut. Kemudian beliau ceritakan bahwa di tanah kelahiran beliau, Tembilahan – Riau, terdapat maqam Tuan Guru yang sejak dulu menjadi tempat belajar agama, masih mempunyai garis keturunan Banjar, Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad ‘Afif bin Mahmud bin Jamaluddin al Banjari (Guru Sapat). Hingga, kekaguman beliau dengan jama’ah yang datang saat pengajian hingga hadir di setiap haul sang guru, dengan jumlah juta’an jama’ah, Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari (Guru Sekumpul). Beliau ceritakan dengan lancar bagaimana keterkaitan ketiga ulama besar tersebut.

Perihal Politik

Beliau sampaikan bahwa cukuplah Abdul Somad berceramah saja, menyampaikan tausiyah saja, tak perlu didorong menjadi pemimpin atau dicalonkan jadi Wakil Presiden. Cukup diundang hadir dan disediakan microphone.

Perihal memilih Pemimpin :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ …. النساء ٥٩

Nasihat ini beliau sampaikan saat jama’ah mengutarakan pertanyaan melalui secarik kertas (seperti biasa). Beliau sampaikan bahwa dalam ayat tersebut kalimat “Athi’uu” tidak terdapat sebelum kalimat “Uulil amri”, dengan begitu kriteria seorang pemimpin adalah Pemimpin yang dalam keseharian nya

Beriman, ta’at kepada Allah SWT serta Rasul-Nya.

Sungguh wahai ustadz,  Indoensia (negara ini) memerlukan dakwahmu. Ditengah begitu riuhnya negara ini diusianya yang mulai menua, warga negara yang besar lagi majemuk ini perlu tausyiah sejukmu, damai, lagi diterima dengan mudah oleh semua lapisan. Menyejukkan.  Syukron lakum yaa Ustadz. Selamat datang di Bumi Antasari. (jejakrekam)

Penulis adalah Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kalsel

Aktivis Muda Nahdlatul Ulama Kalsel

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.