Harga Emas Perhiasan Rp 600 Ribu per Gram, Jelang Lebaran Idul Fitri Justru Sepi Pembeli

0

TAMPIL bergaya dan instagramable menjadi tren remaja putri dan ibu di zaman now. Salah satu penghias tentu saja adalah emas. Namun, di tengah kelesuan ekonomi yang masih mendera, termasuk di Banjarmasin, ternyata penjualan emas jelang lebaran Idul Fitri 1439 Hijriyah atau 2018 ini belum begitu bergairah.

HAL ini terlihat di kawasan Pasar Sudimampir Raya dan Pasar Sentra Antasari, yang merupakan salah satu pusat perdagangan emas perhiasan di Banjarmasin. Seperti di Pasar Kong yang termasuk dalam kawasan Pasar Sudimampir Raya, beberapa pedagang emas perhiasan mengaku animo masyarakat untuk membeli logam mulia itu makin menurun tiap tahun.

Kondisi ini diakui H Bahrani. Pria yang kini berumur 60 tahun ini mengaku sejak 1980-an, sudah melakoni aktivitas jual-beli emas perhiasan. Namun, menurut dia, kondisi perekonomian warga yang kurang baik, membuat perdagangan emas perhiasan tidak seramai tahun-tahun yang lalu.

“Kalau saya beli emas itu asal asli, tak peduli dari toko mana. Harga akan berbeda jika emas yang dijual itu dilengkapi nota pembelian dari toko resmi, lebih murah tanpa ada kwitansi atau lainnya,” ucap Bahrani, salah satu pedagang emas di Pasar Kong Banjarmasin kepada jejakrekam.com, Minggu (10/6/2018).

Ia mengakui penjualan emas tak segemilang di tahun 1980 dan 1990-an, saat itu harga emas per gram dipatok Rp 56 ribu untuk ukuran 99 karat. Kini, yang bertahan di kawasan Pasar Sudimampir Raya itu hanya ada 10 kios.

Sementara itu, dari pantauan jejakrekam.com di lapangan, belum terlihat ramai para pembeli atau penjual emas yang menghampiri toko-toko emas perhiasan di kawasan Pasar Sudimampir Raya. Yang terlihat, hanya ada satu hingga dua orang yang tengah melihat koleksi emas perhiasan model terbaru.

Ternyata harga emas perhiasan yang sudah menembus Rp 600 ribu per gram diakui Bahrani dan rekannya lainnya menjadi penyebab sepinya pembeli. “Dari awal Ramadhan, sampai sekarang masih sepi. Baik yang mau membeli atau menjual emas perhiasannya,” kata Bahrani lagi.

Ia juga mengakui saat ini pasokan bahan baku emas dari tambang emas daerah Kerengpangi, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah serta daerah tambang lainnya, tak seramai tahun-tahun sebelumnya. “Mungkin, mereka tak lagi menjual ke Banjarmasin untuk diolah menjadi emas perhiasan,” ucap Bahrani.

Begitupula, H Hasan, seorang pemilik toko emas di kawasan Pasar Ujung Murung pun merasakan hal serupa. “Sepertinya, warga lebih banyak membeli baju baru dibandingkan emas jelang lebaran ini,” kata Hasan.

Keterangan senada juga diakui Taci Yokleng. Pemilik Toko Emas Sempurna ini mengakui jelang lebaran, para pembeli atau penjual emas tak seberapa lagi, tidak seperti tahun-tahun yang lalu. “Ya, karena harga emas sudah tembus Rp 600 ribu per gram, dan harganya naik, jadi warga tak berani beli,” kata Taci Yokleng ini.

Hal serupa juga terlihat di Pasar Sentra Antasari. Salah satu pedagang emas di pasar ini, H Syahriansyah mengakui harga emas yang fluktuatif sangat mempengaruhi omzet dan animo masyarakat untuk membeli perhiasan. “Memang, kebanyakan yang mencari emas 99, emas Banjar dan emas Amerika, terutama gelang dan cincin,” ucapnya.

Namun, harga emas yang awalnya berkisar Rp 500 ribu per gram, dan naik menjadi Rp 600 ribu diduga menjadi penyebab, para pembeli terasa sepi di pasar.(jejakrekam)

 

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.