Retak Jembatan Pangeran Akibat Box Culvert Terlalu Lebar

0

DARI kajian teknis, keretakan di tiang penyambung utama badan Jembatan Pangeran Antasari diduga akibat tarikan dari box culvert. Akibatnya, wing wall (dinding sayap jembatan) yang tidak monolit atau menyatukan dengan pangkal jembatan (abutment) plus pondasi jembatan yang kini jadi sorotan publik.

AHLI utama jembatan dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kalimantan Selatan, Hasan Husaini menghitung secara teknis, akibat panjangnya box culvert itu menyebabkan adanya tarikan, hingga akhirnya dinding jembatan terlihat retak.

“Dari pengamatan di lapangan, terlihat ada pergeseran tanah di oprit  belakang abutment. Ya, akibat wing wall (dinding sayap) yang tidak monolit itu,” ucap Hasan Husaini kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Rabu (8/11/2017).

Dia menyarankan agar dinding jembatan itu monolit sepatutnya anchor bolt (jangkar jembatan) itu disatukan dengan wing wall. Jebolan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini menduga dari awal sudah salah perencanaan, terutama pada box culvert jembatan yang terlalu lebar.

“Seharusnya, box culvert hanya 4 meter, bukan 8 meter.  Dengan terjadi kelenturan yang mengakibatkan wing wall mengalami keretakan.  Sebab, wing wall merupakan satu kesatuan dari box culvert. Kemungkinan awal rencana, Jembatan Pangeran ini dibuat jembatan kembas untuk menembus jalan yang berada di bawah jembatan. Tetapi sayangnya terlalu lebar,” tutur Ahu-sapaan sapaannya.

Dia juga mendapat informasi bahwa abutment jembatan itu tidak diuruk. “Kalau pun diuruk dengan tanah pun tak mampu menahan beban jembatan.  Seharusnya, pakai pasir dan batu (sirtu), sebab di kawasan ini dekat dengan Sungai Pangeran, sehingga ketika terkena air akan makin padat,” beber Ahu.

Meski begitu,  ahli jembatan yang bersertifikat nasional dan diakui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini memastikan keretakan di dinding jembatan itu tidak membahayakan struktur jembatan. “Keretakan itu sekali lagi akibat adanya pergerakan tanah di oprit belakang abutment. Meski tidak berbahaya terhadap struktur, tetapi kalau didiamkan akan melebar. Akhirnya, menimbulkan ketidaknyamanan ketika naik jembatan. Bahkan, bisa terbentuk jarak melebar di antara abutment dan plat injak,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis : Asyikin

Editor   : Didi GS

Foto      : Deden

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.