BENTUK kepedulian terhadap perjuangan Ahmad, media JRnews.co.id dan jejakrekam.com akan mengalang bantuan untuk Ahmad, bekerja sama dengan dgn Yayasan I-SHARE dan DKKafe Banjarbaru.
SIMAK cerita lengkapnya vidio podcast NGOPI: https://youtu.be/58IFHbzwfuo
Kenyataan miris dunia pendidikan terpotret dari sosok seorang anak bernama Ahmad yang akrab disapa Amat.
BACA JUGA: Resmi, MRK Jabat Ketua DPP NasDem Korwil Kalsel
Amat adalah penjualan cemilan, seperti kerupuk, di Kota Banjarbaru. Ia berdagang keliling di sejumlah tempat ramai. Sosok Amat hadir menjadi tamu dalam podcast program NGOPI (Ngobrol Pinggiran) akhir pekan hasil gawe jejakrekam.com dan JRnews.co.id.
Podcast dalam rangkaian NGOPI Ekspedisi Perubahan memaknasi 79 tahun Kemerdekaan RI, menghadirkan juga Guru Besar Fakultas Hukum ULM, Profesor Hadin Muhjad, dan pengamat masalah sosial perkotaan, Dr. Subhan Syarif, dipandu host Muhammad Rasyidi.
BACA JUGA: Winardi Sethiono Terpilih Sebagai Ketua DPP APINDO Kalsel…
Di depan para narasumber, Amat menceritakan sehari-hari dirinya menjajakan cemilan untuk menghidupi keluarga. Ibunya tidak bekerja, karena harus merawat adik Amat yang masih kecil. Sementara ayahnya sudah berpisah.
Keputusan Amat berjualan cemilan keliling untuk menghidupi keluarga, menuntutnya mengambil pilihan berat: berhenti sekolah. Ya, Amat memutuskan berhenti di kelas 5 Sekolah Dasar (SD).
Yang membuat tercengang, di antara keputusannya berhenti sekolah, Amat justru memikirkan kakaknya yang bersekolah di SMK.
BACA JUGA: Diramaikan 50 Stand, Pekan Raya Banjarmasin Resmi Dibuka
Selain untuk biaya hidup keluarga, seperti beli beras, bayar sewa rumah di Sungai Ulin, dan kebutuhan sehari-hari, ternyata Amat menyisihkan penghasilannya untuk biaya sekolah sang kakak.
Amat berharap, jika kelak kakaknya lulus SMK dan bisa bekerja, maka dirinya bisa melanjutkan sekolah. “Saat ini usia saya 12 tahun, semestinya kelas 1 SMP,” ujar Amat.
Kerja keras amat tidak sekadar berkeliling berjualan, ia pun rela tidak pulang ke rumah dan kadang tidur di kantor polisi agar dagangannya laku. “Apapun saya lakukan, yang penting tidak mengemis. Selama badan masih sehat, saya akan terus berusaha,” ujar Amat yang bercita-cita menjadi pengusaha kue ini.
BACA JUGA: Desk CAPA untuk Pengusaha IRTP Digelar Dinkes Tanbu
Pengakuan Amat ini membuat Profesor Hadin Muhjad mempertanyakan di mana peran pemerintah terhadap anak-anak seperti Amat. “Pastinya di luar sana masih banyak anak-anak seperti Amat ini. Kita sudah 79 tahun, tapi masih ada anak yang belum merdeka pendidikan,” ujarnya.
Kalau kita lihat amanah Pembukaan UUD 1945, kata Hadin, Kemerdekaan itu pintu gerbang menuju masyarakat sejahtera.
Sementara Subhan Syarif mengatakan, sosok Amat ini adalah pejuang sesungguhnya. “Dia pejuang bagi keluarga,” ujar Subhan.
BACA JUGA: Ekspo JKPI Dibuka, Berbagai Kerajinan Serta Budaya Khas Berbagai Daerah Dipamerkan
Disebutkan Subhan, Amat ini hanya sebagian kecil di Kalsel, karena di Banjarmasin juga ada ditemukan seperti ini.
Subhan mengkritik kepedulian pemerintah juga wakil rakyat dalam menyikapi kondisi seperti ini. “Semestinya di saat melihat anak-anak seperti berdagang, ada kepedulian dengan bertanya kepada mereka, apakah bersekolah. Kemudian didata,” ujarnya.
Di sisi lain ada orang-orang berfoya-foya, tunjangan pejabat daerah, kunjungan ke daerah lain, tapi problem di kampun sendiri seakan tidak pernah tahu. (jejakrekam)