Berusia 30 Tahun, LK3 Banjarmasin Menolak Mati Terhadap Perubahan Zaman

0

BERDIRI sejak Tahun 1994, Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin merayakan hari jadinya yang ke-30 dengan sederhana.

PERAYAAN ulang tahun tersebut, dibalut dengan konsep dialog dan refleksi, dengan tema ‘Menolak Mati’, bertempat di Kampung Ketupat, Sabtu (17/2/2024).

Direktur Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin, Abdani Solihin mengungkapkan, menapaki usia LK3 yang ke 30 tahun, adalah merupakan jalan yang panjang. “Oleh karena itu di sini kita ingin minta masukan kepada kawan-kawan yang telah membersamai LK3 hingga sekarang,” ucapnya.

BACA: Banjarmasin Menuju Kota Toleran Usai Raih Penghargaan Setara Institute, LK3 Beri Catatan

“Ini terkait bagaimana LK3 kedepannya, untuk bisa menyesuaikan jiwa diri dengan zaman sekarang ini,” sambungnya.

Dirinya pun menjelaskan kenapa di ulang tahun yang ke 30 ini, pihaknya mengangkat tema ‘Menolak Mati’.

Menurutnya, ini adalah refleksi kepada LK3 yang sekarang gairah dan semangat agak sedikit berkurang, dibandingkan dahulu. “Apakah kita mati atau sudahi saja. Mati dalam artian ada tapi tidak berkegiatan, atau memang kita harus tetap berkegiatan dan menolak mati. Itulah yang mendasarinya,” jelasnya.

Berkaca juga dari fenomena banyak lembaga yang kini telah rehat, dan kehilangan eksistensinya. Pihaknya menolak menjadi seperti itu saat ini. “Sekarang LK3 ada bisa dikatakan sebagai penyeimbang lah. Tidak hanya itu, tapi juga membuka ruang kolaborasi dengan siapa saja,” tuturnya.

BACA JUGA: Wujudkan Banjarmasin Kondusif Tanpa Diskriminasi, LK3 Gelar Religi Expo 8

“Tentu dengan nilai-nilai yang dianut oleh LK3, yakni kesetaraan demokrasi dan penghargaan terhadap sesama,” tambahnya.

Kedepannya, LK3 akan melakukan banyak kegiatan dalam rangka menunjukkan eksistensinya dan sejalan dengan tema ulang tahun ke 30, ‘Menolak Mati’.

“Kita akan ada diskusi buka puasa, bersama kawan-kawan antar iman. Kemudian ada kegiatan pengutan di desa, untuk mendeklarasikan desa damai,” bebernya.

“Kemudian ada religi expo, serta kegiatan-kegiatan internal maupun eksternal. Khususnya diskusi tema-tema demokrasi, khasanah lokal, dan pluralisme,” tutupnya.(jejakrekam)

Penulis Fery Hidayat
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.