INDONESIA menghadapi ancaman kenaikan tarif impor ke Amerika Serikat yang akan diterapkan Presiden Donald Trump
Sebanyak 100 negara masih diberi kesempatan untuk bernegosiasi dan diberi waktu hingga Selasa (8/7/2025) atau Rabu waktu AS.
Menjelang berakhirnya masa negosiasi, Donald Trump mengirimkan surat penetapan tarif kepada sejumlah negara sejak Jumat (4/7/2025).
Surat pertama dikirim kepada 10 negara dengan kisaran tarif 20–30 persen.
“Kami punya lebih dari 170 negara, dan berapa banyak kesepakatan yang bisa Anda buat? Ini jauh lebih rumit,” ujar Trump kepada wartawan sebelum bertolak ke Iowa, Kamis (3/7/2025), dilansir Reuters.
Trump menyebut masih membuka jalur negosiasi lebih mendalam dengan beberapa negara, tetapi mayoritas akan langsung menerima tarif yang ditetapkan.
Momentum ini menandai perubahan dari pendekatan negosiasi satu per satu sebelumnya.
BACA: Menkeu Sri Mulyani Buka Seleksi Dewan Komisioner LPS 2025-2030, Simak Syarat dan Tahapannya Lengkap!
Baru-baru ini, AS dan Vietnam mencapai kesepakatan: tarif Vietnam diturunkan dari 46 persen menjadi 20 persen, sebagai imbalan atas peningkatan akses pasar AS.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan negosiasi masih berlangsung.
Indonesia telah mengirim second offer ke USTR dan menempatkan tim negosiator di Washington DC guna menyiapkan dokumen tambahan.
“Second offer ini sudah diterima oleh USTR dan sudah di-review. Tentu Indonesia tinggal menunggu feedback apakah masih ada feedback tambahan terkait dengan proses negosiasi yang ada,” ujarnya di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Menurut Airlangga, AS kemungkinan memberikan jawaban setelah 4 Juli karena fokus pada persiapan anggaran.
Pada Senin (7/7/2025), Indonesia dijadwalkan menandatangani kesepakatan dagang senilai 34 miliar dolar AS (sekitar Rp 560 triliun) untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.
Kesepakatan mencakup impor energi dari AS serta investasi di sektor energi dan pertanian.
“Ini menunjukkan bahwa pemerintah, regulator, BUMN, dan swasta bersatu dalam merespons pengenaan tarif resiprokal oleh AS,” ungkap Airlangga, Kamis (3/7/2025).
Dengan beban tarif impor hingga 32 persen, strategi ini penting. Indonesia mencatat surplus perdagangan barang sebesar 17,9 miliar dolar AS pada 2024 melawan AS, menurut USTR.
Sebelumnya, Indonesia menawarkan pemangkasan bea masuk produk AS hampir nol persen, termasuk impor gandum senilai 500 juta dolar AS (sekitar Rp 8 triliun).
“Ekspor utama AS akan dikenakan tarif mendekati nol, tapi itu juga bergantung pada berapa besar tarif yang bisa kita dapat dari mereka,” kata Airlangga. (jejakrekam.com/berbagai sumber)