5.1 C
New York
Jumat, November 14, 2025

Buy now

Penyempitan Lebar Sungai Veteran Tuai Kritik, Akbar Rahman: Proyek Revitalisasi Perlu Evaluasi

REVITALISASI Sungai Veteran, Banjarmasin, hingga saat ini masih saja menjadi sorotan publik.

Di tengah proyeknya sudah berjalan lebih 25 persen, tidak menyurutkan kritik terhadap proyek yang didanai Bank Dunia ini.

Kritik dari berbagai elemen masyarakat pun makin kencang disuarakan.

Menanggapi proyek ini, pengamat tata kota Ar. Akbar Rahman ST MT mengungkapkan, revitalisasi Sungai Veteran di Banjarmasin merupakan salah satu proyek penting yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan kota terhadap banjir sekaligus memperbaiki kualitas lingkungan permukiman kawasan perkotaan.

“Proyek didanai oleh Bank Dunia melalui program National Urban Flood Resilience Project (NUFReP), memiliki nilai strategis dalam menyentuh langsung kawasan perkotaan,” ujar Akbar Rahman, yang merupakan Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Senin (26/5/2025), kepada jejakrekam.com.

Menurut lulusan S3 SAGA University Jepang ini, seperti banyak proyek besar lainnya, revitalisasi Sungai Veteran juga menimbulkan sejumlah kekhawatiran di kalangan sebagian warga.

“Terutama terkait dengan transparansi, partisipasi publik, dan kejelasan informasi tentang konsep serta tahapan pembangunan,” katanya.

Dalam proses revitalisasi ini, lanjut Akbar Rahman, pengurukan badan sungai dan perubahan alur sungai menjadi isu perhatian publik.

“Pengurukan badan sungai yang berdampak penyempitan ruang air dapat berisiko mengurangi kapasitas sungai dalam mengatasi debit air yang tinggi, terutama saat hujan deras,” jelas alumnus Program Master di Universitas Diponegoro, Semarang, ini.

Dia melanjutkan, “Hal ini, tentu saja, menimbulkan pertanyaan: apakah proyek ini benar-benar dapat mengendalikan banjir secara optimal? Terlebih lagi, pembelokan alur sungai, bisa memengaruhi kelancaran aliran air.”

Sebagai proyek yang didanai oleh Bank Dunia, kata Akbar Rahman, revitalisasi Sungai Veteran harus mengikuti prinsip-prinsip Environmental and Social Framework (ESF).

Salah satu prinsip utama dari ESF, jelas dia, adalah pentingnya keterlibatan pemangku kepentingan yang bermakna dan diseminasi informasi yang transparan sepanjang siklus proyek.

“Meskipun memiliki potensi dalam meningkatkan kualitas kota, proses pembangunan dapat mendorong dialog dua arah dengan masyarakat, agar warga dapat memahami dan memberikan masukan terhadap apa yang akan dibangun, bagaimana prosesnya, serta dampak yang mungkin terjadi,” cetus peraih gelar Doktor dari Saga University Jepang bidang Lingkungan dan Arsitektur ini.

Akbar mencontohkan, kritik terhadap penyempitan lebar sungai dari 14 meter menjadi 8 meter, menunjukkan perlunya peer review publik yang memungkinkan para ahli memberikan evaluasi objektif demi keberlanjutan proyek dalam jangka panjang.

“Penyempitan badan sungai yang dilakukan dalam proyek revitalisasi ini akan mengurangi kapasitas tampung air, dan hal ini dapat menambah tantangan dalam pengendalian banjir di Banjarmasin dan mesti dicari solusinya dengan review desain hingga jika diperlukan dapat meningkatkan mutu dengan redesain,” katanya.

Sebagai kota yang berada di kawasan rawan banjir, tandas dia, terutama pada musim hujan, kapasitas sungai dalam menampung air harus dipertimbangkan secara cermat.

Menurut Akbar, pengurukan dan pembelokan sungai yang tidak disertai dengan penguatan sistem drainase kota yang lebih besar bisa memperburuk risiko banjir.

Namun, sela dia, hal ini tidak berarti proyek ini tidak dapat berfungsi sebagai solusi pengendalian banjir.

“Ada beberapa langkah yang bisa diambil, yaitu: Revitalisasi sungai sebaiknya mempertimbangkan penataan ulang dimensi sungai yang lebih mengedepankan kapasitas,” saran dia.

Dari sisi ekologi, sambung Akbar Rahman, revitalisasi Sungai Veteran perlu memperhatikan pembenahan aliran air dan restorasi ekosistem sungai.

“Memperbaiki keanekaragaman hayati sungai hingga memberi ruang bagi budaya dan aktivitas sungai,” ujarnya.

Dari aspek tata ruang, ujarnya, proyek ini berpotensi menciptakan ruang publik yang inklusif dan ramah lingkungan.

Namun, sela Akbar, desain revitalisasi harus memperhatikan konteks sosial dan budaya masyarakat yang tinggal di sekitar sungai.

“Hal pentingnya, pendekatan berbasis masyarakat dalam perancangan ruang publik akan memastikan partisipasi publik sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kemanfaatan secara maksimal,” ujarnya.

“Keberlanjutan dan keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada kolaborasi, keterbukaan, dan penggunaan teknologi pengendalian banjir yang tepat,” tutup Akbar Rahman. (jejakrekam.com)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
22,800PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles