13.4 C
New York
Sabtu, Mei 24, 2025

Buy now

Sungai Veteran Direvitalisasi Malah Jadi ‘Drainase’, Pengamat Tata Kota: Bentuk Inkonsisten Pemko Banjarmasin

SUNGAI Veteran di Jalan Veteran, Banjarmasin, saat ini sedang dalam proses revitalisasi.

Sayangnya, proyek revitalisasi ini, justru membuat badan sungai menyempit dengan lebar hanya sekitar 3 hingga 6 meter, yang semula lebih dari 10 meter.

Proyek revitalisasi ini menelan dana senilai Rp209 miliar, bertujuan memperkuat ketahanan kota terhadap banjir dan menambah fungsi estetika kawasan.

Namun dengan melihta kontruksi yang sebagian sudah terbangun, di mana di sisi kiri dan kanan dipasang slab beton sebagai siring, dikhawatirkan justru bertolak-belakang dengan tujuan.

Pembangunan siring tersebut, katanya sebagai jalan inspeksi dan taman.

Proyek ini merupakan program National Urban Flood Resilience Project (NUFReP) hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia.

Tahap pertama membentang sejauh 900 meter, dari kawasan Taher Square ke Jalan Simpang Sungai Ulin. Pemasangan sheet pile, pembangunan lima jembatan, pintu air, dan pompa modern sedang berlangsung.

Pemerintah Kota Banjarmasin dan Balai Wilayah Sungai Kalimantan II menyebutnya sebagai “penataan kawasan sungai berbasis mitigasi banjir”.

Namun tidak semua pihak setuju dengan istilah “penataan”.

Pakar tata kota dari Universitas Lambung Mangkurat, Dr Akbar Rahman, menyebut proyek ini sebagai bentuk inkonsistensi serius terhadap RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) Jalan Veteran-Pecinan yang telah dirancang sebelumnya.

“Dalam RTBL, sungai ini idealnya direstorasi, bukan direduksi. Menjadikan Sungai Veteran selebar drainase adalah kemunduran dalam visi kota sungai,” ujar dosen Arsitektur ULM ini kepada jejakrekam.com.

Hal serupa disuarakan aktivis lingkungan Anang Rosadi dari Gerakan Jalan Lurus (GJL).

Menurut Anang, penyempitan sungai dari lebar alami sekitar 20 meter menjadi 6 meter adalah pengabaian terang-terangan terhadap daya tampung banjir dan fungsi ekologis sungai.

“Ini bukan revitalisasi, ini normalisasi ala kota besar yang mengabaikan karakter Banjarmasin sebagai kota air,” katanya.

Pemerintah kota berdalih bahwa penyempitan dilakukan demi kebutuhan teknis: ruang untuk jalan inspeksi dan penguatan struktur.

Namun di tengah ancaman global warming, sea level rise, dan intensitas curah hujan ekstrem, keputusan ini tampak kontradiktif.

Alih-alih memperlebar, pemerintah justru memperkecil ruang sungai yang secara alami menjadi sistem penampungan dan pengaliran air saat musim hujan datang. (jejakrekam.com)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
22,300PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles