TIMBUNAN sampah di Pasar Baimbay, Kelayan Timur dikeluhkan. Pedagang tunggu solusi dari pemerintah, yang hingga saat ini tak kunjung ada.
PERMASALAHAN sampah ini dikeluhkan oleh pedagang setempat. Menurut mereka, ini menjadi faktor yang membuat sepinya kunjungan masyarakat hingga turunnya daya beli.
Tak ayal, hal ini menyebabkan banyak pedagang yang harus pindah hingga menutup usahanya.
BACA: Sering Dikeluhkan Warga, Tumpukan Sampah Di Jalan PM Noor Meluber dan Makan Korban
Salah seorang pedagang di kawasan itu, Syaifudin menyebutkan, hal yang paling mengganggu dan menjadi permasalahan menahun akibat sampah ini adalah tumpukan sampah yang tiap hari selalu menggunung.
“Tidak siang atau malam, selalu saja menumpuk. Banyak masyarakat yang masih buang sampah tidak sesuai jadwal,” ucapnya, Kamis (21/11/2024).
Dikatakannya, ini diperparah dengan banyaknya warga di luar kawasan pasar yang ikut membuang sampah di sana. Akhirnya sampah semakin banyak tertumpuk.
“Dampak paling terasa itu aroma tidak sedapnya, ini membuat pedagang makanan jadi tak laris. Alhasil banyak yang akhirnya pindah atau tutup,” ungkapnya.
Belum lagi, terkadang ketika sampah sudah tertumpuk ada saja pemulung yang mengobrak-abriknya, alhasil membuat sampah kadang bisa meluber berhamburan hingga ke tengah jalan.
Syaifudin pun mengatakan, sebenarnya permasalahan ini sudah dirinya laporkan bersama pedagang lain ke kelurahan. Namun, hingga sekarang belum ada solusi terkait hal ini.
BACA JUGA: Tanggung Sampah 4 Kelurahan, TPS RK Ilir Overload
Hal serupa juga dikatakan Ifit, pedagang buah-buahan yang lapaknya tepat berseberangan dengan tumpukan sampah.
Dirinya pun sangat mengeluhkan adanya tumpukan sampah ini. Selain baunya yang mengganggu, ketika di jam padat tumpukan sampah itu juga membuat macet jalan. “Yang pasti sangat terganggu, karena membuat sepi pengunjung,” tuturnya.
“Kita juga sudah sering menegur sendiri orang-orang yang buang sampah di sana, tapi selalu tak digubris,” sambungnya.
Kondisi ini pun, dikatakannya sudah berlangsung beberapa tahun belakangan ini. “Mungkin dari sekitar 5 tahun kebelakang, dan hingga sekarang masih tak ada solusi,” tandasnya.(jejakrekam)