Mengenal Tradisi Ma’aturi Dahar, Ritual Kesultanan Banjarsaat Pembersihan Pusaka
TIAP tahun, pada bulan Rabiul Awal di Komplek Makam Sultan Suriansyah ada sebuah ritual dan tradisi yang selalu di gelar.
TRADISI tersebut disebut ritual Ma’aturi Dahar. Yalni sebuah ritual yang dilakukan untuk pembersihan pusaka-pusaka peninggalan kesultanan banjar.
Ma’aturi sendiri memiliki arti menyediakan, sedangkan Dahar dalam istilah bahasa Banjar yang memiliki arti makanan. Sehingga, Ma’aturi Dahar di awal mempunyai makna menyajikan makanan bagi para tamu.
Tradisi ini sendiri diketahui sudah berlangsung sejak jaman Raja Banjar pertama, Sultan Suriansyah sekitar tahun 1500-1540 an. Dimulai sejak sebelum menyebarnya Islam di Banjar, hingga menyesuaikan dengan ajaran Islam sampai sekarang.
BACA: Cerita Akbar, Pengrajin Kumpang Pusaka yang Mendapat Orderan dari Pulau Jawa dan Bali
Sekarang pun tradisi ini terus berlanjut. Melibatkan puluhan pusaka asli peninggalan Kesultanan Banjar, dan ratusan pusaka milik komunitas budaya di Banjarmasin.
Selama prosesinya sendiri, ratusan pusaka baik yang berupa keris, parang, badik hingga tombak, nampak dijejerkan rapi di atas meja panjang berbalut kain kuning. Bersama dengan sajian 41 macam wadai khas Banjar.
Dimulai dengan dzikir dan doa bersama, pembersihan pusaka dilakukan dengan iringan tradisi Malamut.
Satu per satu, pusaka pun mulai dibersihkan dengan air campuran bunga rampai yang telah diberikan doa-doa, hingga dikeringkan di atas asap dupa.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Syarifudin Nur mengatakan, setidaknya ada 58 benda pusaka asli peninggalan Kesultanan Banjar yang dibersihkan. Bersamaan dengan ratusan benda pusaka lain, milik anggota komunitas budaya yang juga merupakan benda peninggalan leluhur mereka masing-masing.
Pada Kamis (19/9/2024) malam, tak hanya yang dilakukan tradisi Ma’aturi Dahar, namun juga dibarengi dengan Haul Sultan Suriansyah, Khatib Dayyan, dan Patih Masih. “Perkiraan kita tahun ini ada sekitar 1,500-an masyarakat yang berhadir untuk mengikuti tradisi ini,” ucap Abah Sultan, sapaan akrab Syarifudin Nur.
BACA JUGA: Pamerkan Mandau dan Keris Warisan Leluhur Orang Banjar
Dirinya pun juga sedikit menjelaskan ke belakang terkait gelaran tradisi ritual Ma’aturi Dahar ini.
Dimana pada jaman dulu, tradisi dilakukan dari rumah ke rumah. Bergiliran dilakukan dalam beberapa hari. “Namun semakin ke sini, tradisi ini hampir hilang dan ditinggalkan,” ungkapnya.
Sehingga dalam perkembangannya, untuk melestarikan tradisi ini. Yang awalnya ritual dilakukan di rumah, maka tradisi ini dipindah untuk dilakukan di Makam Sultan Suriansyah. “Alhamdulillah ini seperti yang kita lihat sekarang,” tuturnya.
Bahkan setiap tahunnya, ketika acara ini digelar antusiasme masyarakat semakin meningkat banyak. “Bahkan di tahun ini diperkirakan ada 1.500 masyarakat yang berhadir,” ungkapnya.
Kedepannya pun, dirinya berharap kegiatan ini kedepannya bisa terus lestari dan semakin banyak diikuti oleh masyarakat.(jejakrekam)