Tak Hanya Tradisi, Siti Aisyah Sebut Pembuatan Bubur Asyura Mempererat Silaturahmi

0

TRADISI setiap 10 Muharram berawal dari kebiasaan masyarakat sejak dulu kala dan telah turun menurun di kalangan masyarakat, terutama masyarakat Banjar dengan memasak bubur Asyura secara gotong royong.

DENGAN kegotongroyongan ini, dapat mempererat silaturahmi. “Sehingga pembuatan bubur Asyura itu bukan hanya tradisi tapi menjalin silaturahmi sesama warga Komplek Bunyamin Permai 1 RT 14, Desa Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar,” ungkap Ketua Kelompok Yasinan, Hj Siti Aisyah Sanusi, Kamis (18/7/2024).

Memang Bubur Asyura merupakan salah satu makanan khas yang biasa disajikan pada peringatan 10 Muharram. Seperti namanya, Bubur Asyura berasal dari nama Hari Asyura. Tradisi Bubur Asyura ini terkenal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, terutama di Kalimantan Selatan.

Tradisi memasak bubur Asyura, juga jadi tradisi di Komplek Bunyamin Permai 1 ini, yang dilakukan oleh kalangan ibu-ibu rumah tangga secara bergotong-royong. “Sebelum bubur Asyura disantap dan dibagi-bagi ke warga sekitar, dimulai dengan mengadakan doa selamat terlebih dahulu,” ujarnya.

BACA: Emak-Emak Yasinan Bunyamin 1 Masak 6 Kawah Bubur Asyura Dan Santuni 112 Anak Yatim

“Tidak kalah penting dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah bisa menjadi cara bagi seluruh warga Komplek Bunyamin Permai 1 meningkatkan tali silaturahmi dan kebersamaan, sebab disamping pengerjaannya dilakukan kebanyakan kaum hawa, juga dibantu oleh Satpam yang ada di komplek ini,” tambahnya.

“Ada banyak cara yang bisa dijadikan untuk mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan, salah satunya adalah dengan gotong-royong. Gotong royong yang menjadi ciri khas dan warisan nenek moyang bangsa sangat tepat untuk dijadikan sebagai media memperkuat kebersamaan. Jadi sembari mengambil manfaat dari gotong royong, ini juga bisa melestarikan gotong royong itu sendiri sebagai warisan leluhur,” bebernya.

Masih menurut qariah senior Kalsel ini, berkat adanya gotong royong dan kebersamaan itu, beras yang dimasak sebanyak 29 liter dengan 41 macam rempah dengan 6 kawah itu, dapat selesai dengan tepat waktu.

“Semoga tradisi peringatan 10 Muharram ini kedepannya lebih meriah, serta menjadi warisan turun menurun tanpa henti, dan juga kerukunan antar tetangga tetap terjalin, agar lingkungan kita mendapatkan keberkahan,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.