Kualitas Menjelujur Jadi Poin Penting dalam Forum Diskusi Sasirangan BSF Ke-8

0

MASIH dalam semarak Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) ke-8, puluhan pengrajin sasirangan di Banjarmasin menggelar forum diskusi, di Hotel Galaxy, Kamis (27/6/2024).

KETUA Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Banjarmasin, Siti Wasilah menyebut forum diskusi ini bertujuan untuk mengetahui persoalan yang sering dihadapi para pengrajin kain sasirangan. “Forum ini bermaksud untuk kepentingan kemajuan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menegah) maupun perajin kita,” ucapnya.

Tentunya event BSF bertujuan untuk memfasilitasi para UMKM khususnya perajin dalam promosi dan memasarkan produknya. Selain itu, kesempatan ini juga menjadi ajang edukasi sekaligus apresiasi bagi para pengrajin melalui berbagai lomba yang diselenggarakan.

“Terpenting, masyarakat juga harus turut merasakan makanya ada pawai sasirangan,” ujar Wasilah.

BACA: Buka Expo BSF ke-8, Ibnu Sina: Wujud Nyata Tingkatkan Ekraf dan Lestarikan Kain Sasirangan

Adapun berbagai masukan maupun aspirasi para pengrajin kain sasirangan tentunya menjadi catatan bagi Pemerintah Kota Banjarmasin. Selain itu, Dekranasda Kota Banjarmasin pun akan terus merangkul dan mengawal para pengrajin kain sasirangan menuju lebih baik.

“Mudah-mudahan apa yang disuarakan kita upayakan baik itu berupa solusi, atau berupa komitmen kita jaga komitmen bersama,” bebernya lagi.

Dalam diskusi, lanjutnya, dibahas juga mengenai standarisasi harga kain sasirangan yang merupakan warisan budaya Banjar itu. Dimana terdapat PR dalam hal menyamaratakan kualitas antar para pengrajin terhadap produknya agar tidak terdapat perbedaan.

“Untuk itu kita akan resmikan kampung jelujur yang mana para menjelujur harus menjelujur bagus hingga wajar ditawar dengan harga tinggi dan itu berpengaruh pada pendapatan mereka,” tuturnya.

BACA JUGA: Perputaran Uang Selama Gelaran BSF Ke-8 Ditargetkan Capai Rp 3 Miliar

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin, Ichrom Muftezar menambahkan standarisasi harga kain sasirangan sendiri tentunya menjadi perhatian.

Pasalnya, banyak pengrajin kain sasirangan di Kota Seribu Sungai yang menginginkan diterapkannya standarisasi harga. “Ada kompetensi antar perajin dalam menjual produknya yang mana kualitas biasa dan harganya murah lebih banyak diminati orang luar jika dibanding kualitas bagus namun harganya mahal,” jelas Tezar.

Untuk itu, ujarnya, ke depan akan coba dibuat pola agar ada standarisasi harga kain sasirangan dari semua pengrajin yang disepakati.

Berkaca dari harga kain batik berasal dari daerah Jawa itu dihargai cukup tinggi, hingga di kisaran harga Rp 300 ribu lebih untuk satu kain. “Sedangkan kain sasirangan itu masih ada harganya Rp 125 ribu. Justru ini akan merugikan pengrajin sasirangan. Makanya coba kita standarisasi dan ini akan berdampak pada para penjelujur,” tutupnya.(jejakrekam)

Penulis Fery Hidayat
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.