SUMBER sekam padi yang melimpah di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar bisa diolah menjadi produk tepat guna sebagai sumber panas alat pengering gabah.
TEMUAN ini diperkenalkan Tim Pengabdian Masyarakat Program Studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dimotori Dr Suryajaya, Dr Ninis H Hayanti, Dr Eka Suarso dan Dr Tetti Novalina Manik dibantu para mahasiswa.
Metode pemanfaatan sekam padi ini diajarkan kepada warga Desa Kayu Bawang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar oleh tim dalam kegiatan lapangan, Jumat (6/10/2023).
“Limbah sekam padi yang banyak terdapat di daerah Gambut bisa diolah menjadi sumber panas alat pengering gabah. Berdasar pengalaman pada tahun lalu, curah hujan yang tinggi membuat masyarakat kesulitan untuk mengeringkan gabah,” kata Ketua Tim FMIPA ULM, Suryajaya kepada jejakrekam.com, Kamis (11/10/2023).
BACA : Potensi Sekam Padi di Gambut Menjadi Briket
Menurut dia, alat pengering gabah ini dirancang dengan bahan bakar briket sekam padi. Hal ini didasarkan pada pertimbangan ketersediaan sekam padi yang melimpah di daerah sekitar.
“Sekam padi banyak tersedia di daerah Gambut karena daerah Gambut sudah dikenal sejak dulu sebagai daerah pertanian karena tanahnya, lahan gambut, sangat subur sehingga menjadikan Gambut sebagai salah satu penghasil padi terbesar di Provinsi Kalsel,” papar Koordinator Prodi S2 Pendidikan IPA Pascasarjana ULM.
Suryajaya menjelaskan berdasar penelitian Riza (2011), sebanyak 20 persen brart dari produk penggilangan padi adalah kulit padi atau sekam. Menurut dia, pada musim panen, akan terlihat gunungan sekam di sekitar usaha penggilingan padi.
BACA JUGA : Mahasiswa FKIP ULM Perkenalkan Teknologi Sekam Fermentasi Jadi Nutrisi Alami Padi
“Sekam tersebut dapat dibuat menjadi briket sebagai sumber energi baru dan terbarukan. Proses pembuatan briket dari sekam padi sangat sederhana dan dapat dilihat di https://youtu.be/QHMeevS-JKI,” paparnya.

Masih kata dia, berdasar pengujian nilai kalori briket sekam padi dengan perekat tapioka dari Balai Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Banjarbaru pada 2022, didapat nilai 3.337 kal/g.
“Berdasar penelitian dari FMIPA ULM bahwa penggunaan perekat damar dapat meningkatkan nilai kalor briket sekam hingga 1.500 kal/g. Hal ini berarti nilai kalor briket sekam hampir mencapai 5.000 kal/g,” kata Suryajaya.
BACA JUGA : Tim MIPA ULM Lirik Potensi Besar Energi Baru Terbarukan dan Biomassa Ada di Gambut
Dia menjelaskan alat pengering gabah berbahan bakar briket/biomassa memiliki dua bagian utama yaitu tungku pemanas dan kotak pengering. Caranya, briket sekam padi dimasukkan dalam ruang pembakaran pada tungku pemanas dan dibakar untuk menghasilkan panas.
“Api akan memanaskan pipa yang dipasang di bagian atas. Kipas akan membawa udara panas dari pipa ke dalam kotak pengering dengan cara konveksi. Suhu pengeringan gabah secara alami adalah 30-35oC. Pada alat pengering gabah, suhu yang dihasilkan adalah 60-70oC,” beber Suryajaya.
BACA JUGA : Kenalkan PGPR, POC, dan Biochar, Mahasiswa Fakultas Pertanian ULM Gelar KKN di Desa Sejahtera Mulia
Menurut dia, pada uji coba di lapangan pada Jumat (6/10/2023) lalu, didapat hasil ternyata briket sekam padi yang dibakar menaikkan suhu 16oC (dari 40 menjadi 56oC) dalam waktu 20 menit.
“Untuk menaikkan suhu lebih lanjut, kita hanya perlu menambahkan lebih banyak bahan bakar. Dengan alat pengering gabah buatan, proses pengeringan gabah akan lebih cepat dan tidak bergantung cuaca,” kata Suryajaya.(jejakrekam)