DANA jor-joran digelontorkan Pemkot Banjarmasin demi mempermak wajah Jembatan Pasar Lama dalam proyek bertajuk penambahan aksesoris jembatan.
PROYEK milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin ini dikucurkan dana mencapai Rp 11.888.909.000 atau Rp 11,8 miliar lebih bersumber dari APBD Banjarmasin tahun 2023.
Proyek penambahan aksesoris Jembatan Pasar Lama paket 1 ini digarap PT Telaga Wijaya Perkasa dari Banjarbaru. Kabarnya proyek ini juga disubkontrakkan dengan PT Greencity Technology Indonesia asal Surabaya untuk pemasangan lampu serta fasilitas air mancur terjun pelangi di Jembatan Pasar Lama.
Berdurasi 105 hari kalender sejak teken kontrak pada 20 Juli 2023, proyek ini juga melibatkan konsultan perencana; CV Takabeya Jaya Utama dan CV Arta Delapan serta konsultan pengawas; CV Tika Kreatif Desain Konsultan.
Anggota Komisi III DPRD Kota Banjarmasin dari Fraksi PKS, Hendra mengaku terkejut dengan adanya proyek air mancur Pelangi di Jembatan Pasar Lama.
“Sewaktu, Kepala Dinas PUPR Kota Banjarmasin kami panggil dalam rapat kerja dan dengar pendapat, jawaban didapat bahwa proyek itu hanya pekerjaan rutin pemeliharaan,” ucap Hendra kepada jejakrekam.com, Minggu (1/10/2023).
Sekretaris Fraksi PKS DPRD Banjarmasin ini menyebut proyek yang menelan dana belasan miliar itu jelas pemborosan uang rakyat yang bersumber dari APBD.
“Ini jelas pemborosan. Bayangkan untuk anggaran pemeliharaan dan penggunaan saja mencapai Rp 11 miliar. Proyek ini mengulang kasus air mancur di Taman Kamboja,” tutur akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini.
Sebagai pembanding, berdasar data LPSE Kota Banjarmasin pada 2018, digelontorkan dana Rp 6 miliar untuk pembangunan kolam dan air mancur di Taman Kamboja. Proyek ini dikerjakan penyedia jasa; PT Carbek Nusantara dengan harga kontrak Rp 5,4 miliar lebih.
BACA JUGA : Potret Pasar Lama, Episentrum Peradaban Warga Banjarmasin yang Majemuk
Tak cukup hanya itu. Pada APBD 2023, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin juga melelang proyek lanjutan pembangunan taman di RTH Kamboja senilai Rp 1,6 miliar lebih.
Usai beberapa kali gagal tender, akhirnya CV Alfaen dari Marabahan berani menawar Rp 1,6 miliar untuk menggarap pekerjaan konstruksi fisik sesuai gambar shop drawing, as built drawing dan lainnya yang telah disusun konsultan perencana.
Pakar kota Fakultas Teknik ULM, Akbar Rahman mengaku sudah senang ketika menyaksikan Jembatan Pasar Lama dicat putih dan terlihat sudah bersih.
Akbar Rahman, Pakar Kota Fakultas Teknik ULM Banjarmasin. (Foto Dokumentasi Pribadi)
————-
“Jelas, akan sangat kontras dengan jembatan lainnya yang dicat warna-warni sasirangan. Dengan kondisi cat warna putih yang ada sekarang ini di Pasar Lama sudah kelihatan bagus dan rapi serta bersih. Namun, saya kaget juga kalau ternyata Pemkot Banjarmasin ternyata punya rencana lain, yaitu menduplikasi air mancur pada jembatan di Korea,” tutur Akbar Rahman.
BACA JUGA : Dua Jembatan Bersejarah; Pasar Lama dan Sudimampir, Kokoh di Usia Uzur
Doktor urban design lulusan Universitas Saga Jepang ini mengatakan secara visual kota mungkin akan lebih baik lagi. Namun, kata Akbar, perlu dingat bahwa juga perlu melihat efektifitas fungsi dan pemeliharaannya.
“Dengan biaya yang tidak sedikit, apakah akan senilai terhadap peningkatan mutu lingkungan? Hitung-hitungan ini harus cermat dipikirkan. Karena menjalankan air mancur juga perlu biaya dan energi, ini tentu juga akan membebani biaya operasional nantinya,” tutur Koordinator Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik ULM ini.
BACA JUGA : Butuh Dana Rp 2 Miliar, Pasar ‘Abadi’ Lama Tak Masuk Prioritas Revitalisasi Pasar
Kata Akbar, dari aspek fungsi, yang hanya mengandalkan visual warna-warni dari pantulan cahaya, apakah hal tersebut nantinya tidak mengganggu lalu lintas perahu yang lewat di bawah Jembatan Pasar Lama.
“Di mana saat ini sangat ramai pengunjung melintasi jembatan dengan perahu atau kelontok. Bagaimana desain air mancurnya? Ini harus perlu dipikirkan dengan cermat. Lebih jauh, kita juga perlu memerhatikan hal utama dan mendesak yang menjadi persoalan di Banjarmasin guna dialokasikan anggarannya,” kritik Akbar.
Karenanya, arsitek dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalsel ini mengatakan sebenarnya pemerintah kota harus melihat kembali mana yang lebih prioritas dalam pembangunan kota ke depan. (jejakrekam)