Generasi Muda dan Minat Politik

0

Oleh: Noorhalis Majid

SEBUAH riset yang dilakukan sebuah media nasional, memberikan beberapa informasi menarik. Walau pun sebenarnya substansi dari informasi itu, kurang lebih sama dengan hasil riset yang dilakukan setiap kali jelang Pemilu.

DALAM riset itu disebutkan bahwa jumlah generasi muda yang sudah memasuki usia pemilih di kisaran 57,3 persen, artinya pemilih dari kalangan generasi muda, jumlahnya lebih banyak.

Dan yang menarik, lebih dari 80 persen menyatakan akan ikut Pemilu, namun tidak tertarik dan tidak berminat dengan politik. Apalagi ikut diskusi politik, atau ngobrol serius serta mengamati perkembangan politik, alasannya karena bahasa dan diksi yang digunakan para politisi dan partai politik (parpol), hanya satu arah, sangat tidak menarik, cendrung membosankan, lebih baik menjauh saja pada soal-soal seperti itu.

Namun, hal yang menarik lainnya, generasi muda ini memiliki kepedulian memajukan demokrasi, sebab ada kesadaran bahwa demokrasi menentukan masa depan bangsa dan negara, dan tentu saja masa depan generasi muda.

BACA : Kalsel Kokohkan Kesatuan Generasi Milenial Menuju Pemilu 2024 yang Cerdas

Minat ini tentu menyangkut perhatian dan kepeduliannya pada soal-soal menyangkut masih buruknya kinerja institusi demokrasi yang dikuasai aktor oligarki, yang seharusnya menjadi pilar dan penyangga demokrasi.

Kecenderungan ini, sepertinya kurang lebih sama dengan prilaku pembeli. Suka dengan barangnya, yaitu demokrasi itu sendiri, namun tidak suka dengan iklan dan promosinya, karena cara beriklannya para politisi kurang menarik – satu arah, hanya berisi jargon dan janji-janji.

BACA JUGA : PPP Bidik Suara Generasi Milenial, Syaifullah Tamliha : 60 Persen Belum Tentukan Pilihan Di Pemilu 2024

Kalau partai politik, caleg dan bahkan calon Presiden memahami perilaku pemilih dari kalangan generasi muda ini, dan memiliki peta data yang lengkap, maka pasti akan mendekati kelompok tersebut. Namun syaratnya, harus mampu memperbaiki cara komunikasi, cara beriklan serta mempromosikan diri.

Gunakan gaya dan bahasa yang diminati mereka. Bila perlu, libatkan figur-figur kunci dari kalangan generasi muda, gunakan metode pendidikan sebaya, pasti lebih merasuk dan diterima.(jejakrekam)

Penulis adalah Pegiat Forum Ambin Demokrasi

Pembina Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.