Antropolog ULM Sebut Pemilu Bukan Ajang Menang-Kalah, Tapi Terpilih dan Belum Terpilih

0

DIKSI memenangkan perhelatan pemilihan umum (Pemilu) selalu diketengahkan para politisi hingga elite parpol saat memasuki tahun politik seperti sekarang jelang Pemilu 2024.

ANTROPOLOG Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah mengungkapkan sebenarnya diksi ‘menang pemilu; yang biasa dilontarkan para politisi sebenarnya belum tepat.

“Sepatutnya diksi terpilih, karena pemilu merupakan ajang pemilihan bukan pemenangan. Tentu hal itu bukan sekadar kata-kata tanpa makna,” ucap Nasrullah kepada jejakrekam.com, Sabtu (27/5/2023).

Menurut akademisi FKIP ULM Banjarmasin ini, ada konsekuensi kelanjutan dari dua kata yang berbeda antara ‘menang’ dan ‘terpilih’.

“Jika diksi menang berarti ada yang dikalahkan. Setiap yang kalah akan tersingkir, tidak mungkin terakomodir, baik orang atau gagasannya,” beber mahasiswa doktoral antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

BACA : Tokoh Alumni KPU se-Kalsel Warning Kekuatan Oligarki Sudah Rambah Penyelenggara Pemilu

Masih kata Nasrullah, diksi terpilih tidak berkonotasi menyingkirkan yang tidak terpilih. Bahkan, menurut dia, sangat mungkin mengakomodir gagasan dan bahkan orangnya. Juga mengisyaratkan kompetisi yang jujur dan adil.

“Yang terpilih tidak akan jumawa, dan yang tidak terpilih, menerima dengan lapang dada dan hati terbuka,” ucap aktivis Hapakat Bakumpai.

Nasrullah berpendapat dengan semangat saudara sebangsa, sebanua, atau sekampung, tidak mungkin pilihannya menang – kalah. Apa artinya menang dengan saudara sendiri? Menang itu pertarungan dengan orang luar, bukan dengan saudara sendiri.

BACA JUGA : Saat Pemilu Narasi Tak Begitu Penting, Di Tengah Masyarakat Uang Jauh Lebih Penting

Antropolog ULM Banjarmasin, Nasrullah (Foto Dokumentasi Pribadi)

————————–

“Seperti dikatakan Pramoedya dalam Arus Balik (1995), “musuh itu dari luar, bukan dari dalam”, contohnya tim sepakbola Indonesia mengalahkan Thailand, begitulah selayaknya yang disebut menang. Bukan dengan kawan saudara sendiri. Bukankah Pemilu itu pesertanya saudara se-Banua? tidak layak dianggap menang-kalah, yang tepat terpilih atau belum terpilih,” papar Nasrullah.

BACA JUGA : KPU Tetapkan 3.040.149 Warga Kalsel Masuk Daftar Pemilih Sementara Pemilu 2024

Menurut dia, saat ini, kebanyakan baliho caleg atau partai politik (parpol) berbunyi “siap memenangkan Pemilu”, atau “jadilah sebagai pemenang”, besar kemungkinan setelah benar-benar menang akan menyingkirkan siapapun yang dianggapnya kalah.

BACA JUGA : Usulan KPU Kalsel Tak Direspons, Alokasi 55 Kursi dan Dapil DPRD Kalsel Tetap Seperti Pemilu 2019

“Ketika kalah, akan berusaha mencari-cari kesalahan, bahkan mencari kambing hitam, agar yang dianggap menang juga menjadi kalah. Akhirnya Pemilu menjadi pertarungan tanpa akhir, walau perhelatannya usai, pertarungannya justru abadi, sebab terlanjur bersemayam dalam kepala, Pemilu itu menang atau kalah,” imbuh Nasrullah.(jejakrekam)

Penulis Ipik Gandamana
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.