Ramadhan Ajarkan Kita Menjadi Manusia Istimewa

0

Oleh : IBG Dharma Putra

JELANG kedatangan bulan Ramadhan tahun ini, saya ingin sejujurnya berkata tentang pemikiran yang diinspirasikan oleh teman dan pergaulan saya dalam keseharian sehingga bisa dimaafkan jika kurang berkenan.

BAGI saya, hakikat dari waktu dan tempat istimewa merupakan pernyataan religius untuk menjadi momentum berlomba dalam kebaikan, mulai berbenah guna menjadi semakin benar. Semakin benar adalah narasi yang tidak mengingkari manusia sebagai tempatnya salah dan khilaf.

Jika dilihat dalam dimensi spiritual pernyataan tentang waktu dan tempat istimewa tersebut adalah sebuah alarm spiritual agar manusia berupaya menjadi istimewa. Ini karena kalau saja manusianya istimewa maka di manapun dia berada maka tempatnya menjadi tempat yang istimewa dan kapan pun saatnya, adalah waktu istimewa.

BACA : Pemkot Banjarmasin Tetap Berlakukan Perda Ramadhan, Ini Aturan dalam SE Wakil Walikota!

Dalam dimensi spiritual, tak diperlukan adanya  tempat dan waktu khusus guna mendapat pahala besar, karena semua tempat dan di setiap waktu, mempunyai potensi sama untuk menggali pahala.

Secara faktual sering dikatakan bahwa waktu istimewa adalah pada malam menjelang akhir Ramadhan, karena malaikat datang kepada manusia yang berbuat baik pada saat itu. Hal itu sering diajarkan pula dalam pelajaran agama sejak taman kanak-kanak (TK) bahwa malaikat akan datang untuk membisikkan nasihat agar orang yang baik dan benar jangan merasakan takut ataupun bersedih hati.

BACA JUGA : Orang Gila Bisa Sembuh Total Jika Keluarga Berperan Aktif

Bahkan, malaikat memberi kabar dengan bahasa kalbu bahwa Sang Pencipta selalu bersama orang istimewa dan telah menyediakan kebahagiaan dunia akhirat jika mereka konsisten berbuat baik dan benar, hingga akhir hayatnya, konsisten selalu ingat kepada Tuhan, yang ditandai dengan selalu mengikuti  perintah-Nya  serta menjauhi segala larangan-Nya.

Konsisten dalam upaya berbuat baik kepada semua manusia. Jadi, orang istimewa tersebut pada hakikatnya tampil tidak mencolok serta berlebihan, tidak ekslusif tapi inklusif dengan amalan biasa bak orang kebanyakan namun wajahnya beraura cerah dan mencerahkan. Wajah cerah karena sering kena air wudhu dan tampak inspiratif, sabar, tenang dan mencerahkan karena sering sujud.

BACA JUGA : Tekanan Hidup Akibat Pandemi, Jumlah ODGJ di Banjarmasin Meningkat Tajam

Saking seringnya sujud, mereka akhirnya sangat rendah hati, karenanya walaupun dia berdiri, berjalan, berlari bahkan terbang sekalipun, hatinya tetap bersujud kepada Tuhan, berada di bawah, sampai rata dengan tanah.

Dalam pengertian yang seperti itu, saya wajib mengucapkan, “Selamat berpuasa dalam kedua dimensi di atas“. Dalam dimensi religius untuk memanfaatkan waktu serta tempat istimewa, dengan sebaik baiknya dan sebenar benarnya. Dalam dimensi spiritualitas untuk membangunkan spontanitas berTuhan, dalam upaya menjadi orang istimewa, orang biasa biasa saja yang rendah hati.(jejakrekam)

Penulis adalah Mantan Direktur RSJD Sambang Lihum

Ketua Dewan Pengawas RS Idaman Banjarbaru

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.