Diduga Imbas Jalan Tambang Batubara, Warga Keluhkan Kondisi Sungai Desa Liyu Telah Tercemar
SELAMA sepekan terakhir ini warga Desa Liyu, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, mulai merasa khawatir. Soalnya, air sungai yang menjadi sumber penghidupan telah berubah warna.
DIDUGA sungai di Desa Liyu itu tercemar akibat adanya aktivitas tambang batubara di sekitar desa yang masuk wilayah konsesi itu.
“Dulunya air sungai ini jernih dan bening, ya khas air Pegunungan Meratus, kini telah berubah menjadi keruh pekat kecoklatan. Ya, seperti air yang bercampur tanah sehingga warnanya keruh pekat,” ucap Megi, warga Desa Liyu kepada jejakrekam.com, Selasa (14/3/2023).
Padahal, menurut Megi, sungai yang ada di Desa Liyu itu merupakan sumber utama kebutuhan warga untuk air bersih sehari-hari. Dugaan pencemaran air itu sudah berlangsung sepekan lebih.
BACA : Ribuan Pengunjung Ramaikan Festival Mesiwah Pare Gumboh di Desa Liyu
“Perubahan air dari jernih menjadi keruh bukan akibat hujan yang cukup tinggi intensitasnya beberapa hari belakangan ini. Sebab, saat hujan turun, memang terjadi kekeruhan, tapi tidak berlangsung lama seperti sekarang,” beber Megi.
Karena khawatir jika air sungai itu sudah tercemar, Megi dan warga di Desa Liyu terpaksa tidak menggunakannya. Khususnya untuk keperluan air minum, memasak dan lainnya.
Dia mencurigakan perubahan warna air sungai itu dampak dari pencemaran tambang, karena ada dua perusahaan tambang yang melakukan pembuatan jalan khusus (hauling) tambang yang membelah hutan di Desa Liyu.
BACA JUGA : Pengabdian Masyarakat, Proker BEM UIN Antasari Sambangi Desa Liyu
Kecurigaan Megi bukan tanpa alasan. Sebab, jalan hauling itu dibuat persis di bagian dataran tinggi dari Desa Liyu serta mengarah ke arah bagian hulu sungai.
“Persoalan ini harus segera dicarikan solusinya. Sebab, kami tak ingin jadi korban berkepanjangan akibat tambang batubara,’’ kata tokoh pemuda Desa Liyu ini.

Dia menegaskan masalah kebutuhan air bersih sangat berkelindan dengan kualitas lingkungan hidup dan kesehatan manusia di sekitar sungai tersebut, terkhusus Desa Liyu di Kecamatan Halong.
BACA JUGA : Desa Liyu Miliki Ribuan Anggrek Khas Kalimantan
“Kami tentu paham, jika pencemaran sungai dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti menurunnya kualitas air, hilangnya habitat alami, dan kerusakan ekosistem sungai. Selain itu, bahan kimia beracun dan limbah yang terbuang ke sungai dapat memengaruhi kesehatan manusia dan hewan, termasuk biota sungai saat airnya dikonsumsi dari sungai tercemar,” imbuh Megi.
Dirinya berharap agar pihak terkait khususnya perusahaan tambang yang punya konsesi, termasuk pemerintah daerah bisa segera menindaklanjuti hal itu.
“Kami minta agar pihak berwenang melakukan pengawasan lingkungan seperti melakukan pengujian secara berkala terhadap kualitas air sungai guna mengetahui apakah ada perbaikan atau peningkatan pencemaran di sungai yang ada di Desa Liyu,” papar Megi.
BACA JUGA : Bupati Balangan Dukung Pengembangan Pariwisata di Desa Liyu
Nah, kata dia, jika memang ada aturan ytang dilanggar soal lingkungan hidup serta tambang batubara tak ramah lingkungan, maka pelanggaran itu harus diusut oleh pihak berwajib.
“Kami tentu berharap ada tindakan nyata terhadap dugaan pelanggaran terhadap lingkungan hidup. Utamanya, masalah jangka panjang, karena lingkungan hidup di Desa Liyu ini sudah berubah total sejak masuknya perusahan tambang batubara,” imbuh Megi.(jejakrekam)