Biang Kerok Sampah Menumpuk Dituding Berasal dari Pemukiman Warga Bantaran Sungai

0

VOLUME sampah di Kota Banjarmasin, kian tahun kian tergerek naik. Salah satu biang kerok atau penyumbang sampah pun diarahkan ke pemukiman warga di bantaran sungai.

TUMPUKAN sampah menggunung kerap ditemukan di kawasan padat penduduk di bantaran sungai. Hal ini tak sejalan dengan gagasan Pemkot Banjarmasin ini mengandalkan sektor wisata berbasis sungai.

Berdasar Surat Keputusan (SK) Walikota Banjarmasin Nomor 647 Tahun 2020 menyebut jumlah sungai di Banjarmasin sebanyak 294 sungai dengan panjang 296.864,02 meter.

Berbanding dengan data Dinas PUPR Kota Banjarmasin periode 2011-2020, baru 90,08 kilometer sudah ditangani, sebelumnya ada Dinas Sumber Daya Air dan Drainase sebelum dilebur ke Dinas PUPR. Dari panjang sungai itu, 40 persen mayoritas penduduk di Kota Banjarmasin bermukim di bantaran sungai dengan ciri khas rumah panggung.

BACA : Volume Sampah Banjarmasin Capai 400-500 Ton Sehari, DLH Tawarkan Program PDU di RT dan RW

Keberadaan rumah berbanjar di sungai itu juga ditengarai telah melabrak Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Sungai serta Perda Nomor 15 Tahun 2016 tentang Upaya Peningkatan Pengelolaan Sungai di Banjarmasin.

Melawan sampah di kawasan pemukiman bantaran sungai, karena juga berpengaruh terhadap penyempitan sungai digulirkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin lewat program B’babasah (Bawah Barumahan Barasih Sampah). Perang terhadap sampah ini juga difokuskan di kawasan slum area (kumuh) di Kota Banjarmasin.

BACA JUGA : Timbunan Sampah Banjarmasin di TPS Terus Meningkat? Ini Kiat Solusi dari Pegiat Lingkungan

“Program B’babasah itu jangan sebatas kegiatan seremonial. Sepatutnya, karena sudah payung hukumnya, pemerintah kota tegas menegakkannya di lapangan,” kata Wakil Ketua Komisi III DPRD Banjarmasin, Afrizaldi kepada awak media di Banjarmasin, Selasa (21/2/2023).

Menurut dia, tumpukan sampah di kolong rumah, terutama di sepanjang bantaran rumah juga berkelindan dengan siklus air. Karena, begitu dibersihkan, maka sampah itu akan datang lagi dan menumpuk kembali.

“Jadi, pekerjaannya tidak akan selesai. Sebab, selama ini, pemukiman penduduk di bantaran sungai juga menyebabkan pendangkalan sungai, bukan hanya penyumbang sampah di kota ini,” kata Sekretaris Fraksi PAN DPRD Banjarmasin ini.

BACA JUGA : Camat dan Lurah Dikumpulkan, Disperkim Godok Penuntasan Kawasan Kumuh di Banjarmasin

Untuk itu, Afrizaldi menyarankan agar Pemkot Banjarmasin harus segera menyiapkan langkah untuk menertibkan rumah-rumah yang berada di jalur hijau tersebut.

“Secara bertahap, penindakan bisa diterapkan oleh pemerintah kota. Seperti melayangkan surat pemberitahuan hingga peringatan kepada pemilik rumah karena melanggar aturan. Inilah peran Bidang Pengawasan Pembangunan (Wasbang) Dinas PUPR Banjarmasin berperan. Jika ternyata tak mengindahkan bisa dilaksanakan pembongkaran,” tutur Afrizal.

Ketua Fraksi PKS DPRD Banjarmasin, Mathari turut angkat bicara. Dia mengatakan masalah pemukiman di bantaran sungai, karena menjadi penyumbang sampah harus segera diselesaikan segera. “Sebab, jika di bawah kolong rumah itu tidak ada tumpukan sampah, tentu aliran sungai akan menjadi lancar,” kata Mathari.

Ketua DPD PKS Kota Banjarmasin juga menyoroti program B’babasah harus berkelanjutan, bisa sebatas retorika.

“Program B’basah itu harus kontinyu. Jangan hanya gencar di awal saja, tapi harus dievaluasi setiap saat. Apalagi, Banjarmasin juga sudah punya satuan tugas (satgas) kebersihan,” tutur Sekretaris Komisi IV DPRD Banjarmasin ini.

BACA JUGA : Sulap Kawasan Kumuh, Model Rusunawa Tepat Kurangi Kepadatan Bangunan di Banjarmasin

Sementara itu, Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah DLH Kota Banjarmasin, Marzuki menilai adanya tumpukan sampah di kolong rumah dan jembatan hanya akibat kebiasaan salah dari masyarakat.

“Masyarakat kita masih terbiasa membuang sampah ke sungai, daripada mengumpulkan dan kemudian membuangnya ke tempat yang tersedia,” kata Marzuki.

Dia merujuk pengalaman pada tahun 2021, saat pembersihan kolong satu rumah di bantaran sungai di Banjarmasin didapat dua karung penuh sampah. Bahkan, hingga harus menerjunkan 400 armada sampah untuk mengangkutnya.

“Sampah itu dibuang di kolong rumah, kemudian terbawa hanyut aliran sungai sehingga menumpuk di kolong jembatan atau tempat lainnya,” ucap Marzuki.(jejakrekam)

Penulis Fery Oktavian
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.