DRAMA kolosal mengisahkan jejak perjuangan pahlawan nasional asal Kalimantan Selatan, Brigjen H Hassan Basry disuguhkan mahasiswa program studi sendratasik FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
BERLOKASI di Gedung Balairung Sari, Taman Budaya Kalsel, Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi, puluhan mahasiswa terlibat dalam perannya, Jumat (10/2/2023) malam.
Mereka totalitas melakoni peran masing-masing menceritakan perjuangan Hassan Basry dan kawan-kawan selama masa revolusi fisik dikenang dengan peristiwa Proklamasi 17 Mei 1949. Mahasiswa program studi pemetasan seni, drama, tari dan musik (sendratasik) FKIP ULM Banjarmasin angkatan 2019 dan 2020 terlibat dalam drama kolosal bertajuk ‘Hasan Basry, Maju Tetap Merdeka’.
Drama ini mengangkat kisah kembalinya kolonial Belanda yang mendompleng sekutu lewat pemerintahan sipil NICA dan serdadu KNIL untuk kembali menjajah Tanah Banjar. Dengan mengenakan kustom khas para pejuang 45 ini, tokoh sentral Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan, Hassan Basry yang diberi gelar Bapak Gerilya Kalimantan diperankan cukup apik.
BACA : Universitas Lambung Mangkurat Berdiri di Atas Keberagaman
Para pejuang Kalimantan menuntut kemerdekaan usai Republik Indonesia dinyatakan merdeka oleh dwitunggal; Soekarno-Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Saat itu, wilayah Kalimantan tidak termasuk dalam daerah yang diakui kemerdekaan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, usai Jepang menyerah tanpa syarat dari sekutu dimotori Amerika Serikat dan Inggris.
Jejak perjuangan yang berpusat di Kandangan, gaung revolusi fisik menggema seantero Borneo bagian Selatan. Dengan pernyataan tegas, Kalimantan Selatan bergabung dengan Pemerintah Republik Indonesia yang ketika itu berpusat di Yogyakarta.
BACA JUGA : Kunjungi Museum Rakyat HSS, Mahasiswa Sendratasik FKIP ULM Gali Sejarah Hassan Basry
Di hadapan ratusan pasang mata, perjuangan berdarah-darah demi mengibarkan bendera merah putih di Kalimantan Selatan menghadirkan decak kagum dari para penonton.
Usai membuka drama kolosal atas nama Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, Staf Ahli Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, Lukman Fadlun mengaku sangat menikmati dan merenungi perjuangan heroik dari para pejuang Tanah Banjar.
“Saya bangga, tidak ada kritik dalam suguhan drama kolosal ini. Apalagi, para mahasiswa benar-benar melakoninya dengan totalitas. Drama kolosal ini juga menyuguhkan perpaduan musik tradisional dan modern,” kata Lukman Fadlun.
BACA JUGA : Diteken Hassan Basry, Teks Proklamasi 17 Mei Ditempel di Pasar Kandangan
Sementara itu, Panitia Pelaksana Sendratasik Berkarya XII tahun 2023, Natasya Rosa Ameli mengatakan gelaran drama sekaligus pertunjukan musik tidak hanya mengangkat sosok pahlawan nasional, Hassan Basry saja.
“Sebab, Hassan Basry merupakan pendiri Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Apalagi, persiapan untuk mementaskan drama kolosal berbulan-bulan,” kata Natasya.(jejakrekam)