Jadi Role Model Nasional, Disbunnak Perkenalkan Tiga Program Prioritas

0

PROGRAM Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (Siska Ku Intip) yang digagas oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Propinsi Kalsel telah berhasi.

DAN KINI bakal menjadi role model bagi daerah lain di Indonesia, sebab hasilnya sudah nampak terlihat.

Selain Program Siska Ku Intip , kini Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalsel kembali memperkenalkan tiga program prioritas di Tahun Anggaran (TA) 2023.

Program ini merupakan kelanjutan kegiatan tahun 2022 lalu. “Program ini guna mendukung program kerja Gubernur Kalsel untuk memajukan bidang Perkebunan dan Peternakan,”ucap Kadisbunnak Kalsel Hj Suparmi, saat pemaparan bersama media dan Kepala Biro Adpim Kalsel Berkatullah beserta jajaran di Banjarbaru, Senin (30/1/2023).

BACA JUGA: Bank Indonesia Luncurkan LPI 2022 dan Arah Kebijakan 2023

Menurutnya, Program Siska Ku Intip ini hanya melanjutkan yang merupakan program prioritas Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam upaya percepatan swasembada sapi potong di Kalimantan Selatan.

“Hasilnya, implementasi Siskaku Intip sudah dilaksanakan di 22 perusahaan kelapa sawit dan ada 7 klaster areal kelapa sawit yang telah menggunakan pagar elektrik,” paparnya.

Ke-7 klaster tersebut, sebutnya, bakal diusulkan menjadi pusat pengembangan sapi potong dengan target 1000 ekor sapi.

Sebagaimana diketahui Program Siskaku Intip merupakan role model pengembangan sapi potong tingkat nasional dan sudah mendapatkan pengakuan dari Kementan RI.

BACA JUGA: Lirik Produk Pertanian dan Peternakan, Pengusaha Mesir Investasikan Rp 178 Miliar ke Kalsel

“Diharapkan pada 2024, seluruh perusahaan sawit dapat mengembangkan Siskaku intip di area kebun sawitnya,” tandas Suparmi.

Selain program Siska Ku Intip ada tiga program yang menjadi prioritas Disbunnak Kalsel yakni  intensifikasi dan diversifikasi tanaman karet dengan inovasi bang Sibon Berkaret.

Dalam program ini dilakukan pengembangan perkebunan karet dengan pola jarak tanam ganda dan tumpang Sari dengan tanaman pangan.

Kalsel dengan 270 ribu hektar areal kebun karet sudah memiliki 229 UPPB (unit pengolahan dan pemasaran bokar),” kata Suparmi.

BACA JUGA: Antisipasi Penyakit di Hewan Kurban, Dinas Peternakan Gencar Lakukan Pengawasan

Keberadaan UPPB untuk meningkatkan kualitas produksi karet sekaligus meningkatkan kesejahteraan pekebun karet karena harga dan mutu yang terjaga.

Berikutnya, program lainnya adalah  inovasi bang Kodim yaitu pengembangan tanaman kopi terintegrasi. “Kalsel memiliki potensi pengembangan tanaman kopi guna memenuhi kebutuhan akan produksi kopi lokal,” bebernya.

Selanjutnya program pengembangan plasma nutfah Itik Alabio dengan inovasi yang dinamakan Siti Hawalari.

Memang dari semua program  unggulan itu, program Siskaku Intip menjadi fokus paling utama. Pasalnya, program itu menjadi salah satu upaya untuk menjadikan Kalsel Swasembada sapi potong guna memenuhi kebutuhan daging lokal, dan sebagai penyangga pangan di Ibukota Negara Baru.

BACA JUGA: Destinasi Arabian Food Berdetak Lagi, Pasar Lama Kembangkan Wisata Peternakan Kambing

“Ini sesuai dengan target Gubernur Kalsel Sahbirin Noor untuk percepatan swasembada sapi potong di Kalsel,” ungkap Suparmi.

Upaya Gubernur Kalsel guna percepatan swasembada sapi potong adalah dikeluarkannya Pergub No 53 yang mewajibkan seluruh perusahaan kelapa sawit untuk mengembangkan program Siska Ku Intip di areal kebunnya. (jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Afdi Achmad

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.