Paribasa Banjar; Sampai Bagandang Lawa

0

Oleh : Noorhalis Majid

BEGITU lamanya ditinggalkan atau dibiarkan tanpa diurus dan pelihara, hingga sarang laba-laba lama bersarang.

SISA sarang laba-laba tersebut menghiasi langit-langit rumah, sehingga terkesan tidak pernah dibersihkan, itulah yang dimaksud sampai bagandang lawa.

Hingga disarangi laba-laba, demikian arti harfiahnya. Kalau rumah atau ruangan lama tidak ditempati, pasti akan dipenuhi sarang laba-laba. Bahkan yang ditempati pun, bila jarang dibersihkan-dirawat, akan dipenuhi sarang laba-laba.

Laba-laba yang lama bersarang, membentuk jaring yang memenuhi langit-langit dan menutupi ruangan. Lawa bisa diartikan melintang atau menghalangi. Maka sarang laba-laba yang menghalangi tersebut dinamakan gandang lawa.

BACA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Disampaikan sebagai bentuk kritik, sindiran, sebab tidak mempedulikan kebersihan. Gandang lawa jadi pertanda, bahwa tidak pernah ada sentuhan untuk senantiasa memperhatikan keadaan lingkungan yang menjadi tanggung jawab seseorang. Juga sebagai isyarat soal kepekaan dan kepedulian.

Kalau ada orang yang selalu peduli dan memperhatikan kebersihan, pasti ruangan atau rumah tidak sempat disarangi laba-laba. Sebab ia menggambarkan ketiadaan orang, atau ketiadaan kepedulian dan perhatian. Tentu banyak orang tidak pernah mau peduli kebersihan. Tidak pernah merasa bertanggungjawab untuk senantiasa memperhatikan lingkungan.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Sekalipun rumah dihuni puluhan orang, banyak saja sisi ruangan yang dipenuhi gandang lawa. Dan, walau hanya dihuni satu orang, bila yang bersangkutan peka akan kebersihan, laba-laba tidak akan sempat bersarang.

Bila gandang lawa pun tidak sempat dibersihkan, jangan berharap soal-soal yang lain seperti kerapian, keindahan, keserasian dan segala macam bentuk estetika yang membuat mata nyaman melihatnya. Jangan-jangan sampah pun berhamburan di semua ruangan. Bahkan menumpuk di halaman dan kolong rumah, sebab tidak pernah ada kepedulian pada kebersihan.

BACA JUGA : Kuliner Banjar; Refleksi di Ujung Lidah, Warisan yang Tak Boleh Luntur

Ungkapan ini memberikan pelajaran, bahwa kepedulian dan perhatian untuk membersihkan ruangan dan lingkungan, harus lebih cepat dari kemampuan laba-laba membuat sarang. Tidak tahu kapan laba-laba bekerja melakukannya – bisa jadi setiap waktu, karenanya usahakan senantiasa selalu mempedulikan kebersihan lingkungan. Jaga dan rawat yang sudah dimiliki jangan cuek, jangan pula tidak peka. Jadikan kebersihan sebagai gaya hidup, ruangan jangan sampai bagandang lawa. (jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Pembina Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.