2 Film Tokoh Banua Menjadi Dokumentasi Sejarah Berharga Bagi Generasi Banua

0

Oleh : Sukhrowardi

KETERTARIKAN dan simpati Gubernur Kalsel Sahbirin Noor yang akrab dipanggil Paman Birin terhadap tokoh pahlawan perjuangan Banua dan pejuang agama, seperti Pangeran Antasari dan Syekh Arsyad al-Banjari atau sering disebut Datu Kalampayan memang sangat tinggi.

GUNA membuktikan apresiasinya kedua tokoh inipun sejarah masa hidupnya diangkat ke layar lebar, film yang berdurasi panjang. Ini tentu saja bertujuan tidak semata ikut trend pembuatan film tanpa tujuan, selain mengabadikan profil kedua tokoh ini juga sebagai dokumentasi sejarah agar generasi muda bisa memahami tokoh-tokoh Banua di masa lalu. Baik yang berjuang secara fisik melawan penjajahan Belanda, tapi berjuang untuk pengembangan syiar agama Islam di Banua dan wilayah lainnya.      

Gagasan dan ide Paman Birin membuat film Pangeran Antasari di periode pertama jabatan sebagai Gubernur berpasangan dengan H Rudy Resnawan, dan periode kedua menghadirkan film Syekh Arsyad al-Banjari berpasangan dengan H Muhidin, tentu memerlukan energi besar dan pendanaan besar pula.

BACA : Tayang Perdana, Film Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Memukau Penonton

Dana pembuatan film tersebut sudah barang tentu melalui APBD yang diplot melalui SKPD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel. Tujuaan pembuatan film tersebut tentu saja sarat dengan muatan edukatif bagi generasi penerus, agar mereka tahu dan tidak melupakan sejarah.

Bagaimana perjuangan seorang pahlawan Banua Pangeran Antasari menggelorakan perlawanan mengusir penjajah dari Bumi Lambung Mangkurat. Begitu pula, sosok Syekh Arsyad al-Banjari yang terkenal hingga ke luar negeri menjadi rujukan sosok ulama keturunan Melayu dengan kitab Sabilal Muhtadin-nya.

BACA JUGA : Siap Tayang di Tahun 2023, Film Jendela Seribu Sungai Angkat Cerita Mimpi dan Cita-Cita 3 Anak

Sosok Paman Birin terlihat memiliki energi besar, dan kemampuan komunikasi kerakyatannya juga handal, ditambah jiwa seni yang melekat padanya. Pembaca puisi dan pemain drama sudah lama dilakoninya, terutama kegiatannya di Taman Budaya Kalsel dengan sahabatnya Dr Muhammad, M.Ed yang sudah mendahului meninggal dunia di usia 56 di tahun ini.

Dr Muhammad, M,Ed pernah bercerita peran Paman Birin waktu pentas drama berperan sebagai tokoh yang disegani. Pembuatan film dengan skala besar memerlukan dana besar pula tentu banyak tantangannya, apalagi jalan ceritanya menyangkat aspek sejarah, harus didahului dan melibatkan banyak pihak agar film tersebut benar-benar sesuai alur sejarah pelakunya.

BACA JUGA : Alokasikan Dana Rp 5 Miliar, Pemkab Tala Klaim Film Layar Lebar Angkat Potensi Wisata

Paman Birin juga paham bagaimana menjalin komunikasi dan mengakomodir para seniman Banua dalam menyukseskan pembuatan film tersebut. Pembuatan dua film besar ini melibatkan banyak orang Banua baik seniman maupun warga masyarakat sekalipun hanya sebagai figuran.  

Spirit BERGERAK telah menjadi modal dasar Paman Birin dalam menyalurkan energi positif kemajuaan Banua seperti magnet tersendiri bagi pembangunan baik fisik maupun non-fisik.

Gaya kepemimpinan Paman Birin seolah mempubulikasian pada publik Banua tentang sosok Pangeran Antasari dalam berjuang mempertahankan Banua dari strategi licik Belanda, yakni politik belah bambu, mengadu domba antartokoh masyarakat dan penguasa waktu itu. Akibatnya perang Banjar saat itu berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, budaya “bacakut papadaan” saatnya ditinggalkan diganti dengan bergerak untuk gawi sabumi membangun Banua.   

BACA JUGA : Para Pejabat Kalsel pun Ikut Bermain Film Antasari

Film Syekh Arsyad al-Banjari telah diputar perdana diresmikan langsung oleh Wakil Gubernur H. Muhidin di bioskop Sinema Belitung selasa pagi, disaksikan penulis bersama pejabat di lingkungan SKPD Pemprov Kalsel yang juga berperan di film.bersama Paman Birin, Staf Ahli Husnul dan Sulkan. 

Juga hadir, Muhammad Tambrin selaku Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kalsel, begitu pula pejabat lainnya seperti Nurul Fajar Desira, hingga penulis buku Syekh Arsyad al-Banjari Rohim. Tentu saja, produser film Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel Muhamadun, Asisten Produser Hilda serta produser film Pangeran Antasari, Paman Nanang beserta keluarga, larut juga menyaksikan film tersebut.

BACA JUGA : Melawan Arus, Film Pangeran Antasari Tayang di Panggung Tipakan

Penulis sempat minta pendapat dengan Tambrin Kanwil Kemenag Kalsel, sebagai pejabat yang pernah bertugas di pusat dan putra asli Banua.

Menurutnya, tokoh Datu Kelampayan adalah sosok ulama pendakwah yang mengajarkan ekonomi kerakyatan. Timpal saya, beliau itu sosok ajaran beribadah dimulai luruskan arah kiblat dengan ilmunya membangun sekolah agama yang ajarkan cara bercocok tanam serta ajarkan penguasa bahwa perlu tegak hukum oleh orang ahlinya hasil referensi dari beliau.(jejakrekam)

Penulis adalah Anggota DPRD Kota Banjarmasin dari Fraksi Golkar

Pemerhati Film, Seni dan Budaya Banjar

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.