Melestarikan Sastra Lisan, Merawat  Ingatan

0

Oleh : Humaidy ‘Ibnu Sami’

SEBENARNYA tradisi lisan itu sangat bermanfaat untuk melatih atau semacam olahraga agar ingatan selalu kuat dan sehat.

SAYANGNYA, ketika muncul budaya tulis secara perlahan budaya lisan mengalami pengabaian, penurunan bahkan peminggiran. Padahal, adanya budaya tulis mestinya semakin memperkuat dan memperlengkapi budaya lisan. Bukan sebaliknya justru memusnahkan budaya lisan.

Semestinya suatu yang ditulis harus dihapalkan pula, hingga daya ingat sekali bekerja, meningkatkan kekuatan dan kualitasnya secara intensif.

BACA : Gali Potensi Calon Sastrawan, Kindai Seni Kreatif Helat Kemah Sastra Pelajar se-Kalsel

Budaya tulis pada saat ini sepertinya sudah menjadi sebuah kuasa yang telah menindas budaya lisan sehingga budaya tulis telah mendominasi. Bahkan, budaya tulis menghegemoni budaya lisan agar tunduk patuh pada duli kuasanya.

Celakanya lagi, budaya lisan tidak berdaya untuk melakukan perlawanan karena pemangku budaya lisan hanya minoritas sebaliknya pemangku budaya tulis berjubel sebagai pihak mayoritas yang subversif.

BACA JUGA : Bangku Panjang, Karya Novel-Esai dari Sastrawan Banjarbaru Iberamsyah Barbary

Padahal, kala suatu yang lisan diwujudkan dalam tulisan terjadi reduksi dan pembakuan. Banyak makna yang beragam yang hilang menjadi sebuah keseragaman. Suatu corpus yang terbuka menjadi corpus yang tertutup.

Begitulah, beberapa kerugian terjadi ketika kita menyepelekan budaya lisan  dan terbelenggu dalam budaya tulis yang hegemonik. Hilanglah banyak varian makna dari sebuah wacana dan ingatan menjadi lemah dan mudah ambyar.(jejakrekam)

Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari

Peneliti Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/12/03/melestarikan-sastra-lisan-merawat-ingatan/
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.