PENGAMAT politik dan kebijakan publik, Dr Muhammad Uhaib As’ad yang dikenal kritis dan vokal soal koneksi pertambangan dengan oligarki dalam bukunya hasil disertasi di Universitas Brawijaya Malang dihadirkan dalam forum diskusi.
BERTAJUK forum publik reformasi kelola pertambangan di Kalimantan Selatan (Kalsel) demi kelestarian lingkungan digeber Himpunan Mahasiswa Administrasi Pemerintahan FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Sabtu (26/11/2022).
Sebagai narasumber bersama Ketua BEM ULM, Ahmad Rinaldi, akademisi FISIP Uniska MAB Banjarmasin Uhaib As’ad mengungkapkan tata kelola sumber daya alam (SDA) yang carut marut terjadi di Kalsel.
“Pengelolaan SDA di Kalsel tidak menerapkan tata kelola sesuai dengan prinsip-prinsip good governance,” ucap Uhaib.
Penulis jurnal internasional ini menegaskan akibat carut-marut itu akhirnya berdampak pada kerusakan pada lingkungan, baik lingkungan sosial , kerusakan penggundulan hutan dan munculnya lubang tambang yang sangat berbahaya bagi rakyat.
Uhaib berharap mahasiswa sebagai kaum intelektual kampus bisa menjadi garda terdepan dalam menyadarkan publik. Terkhusus, lewat forum diskusi atau seminar bisa tercipta kesadaran massal. Apalagi, mahasiswa merupakan lokomotif pergerakan massa dan calon pemimpin masa depan.
BACA JUGA : Bangun Kesadaran Politik, Uhaib Beber Kuatnya Cengkeraman Oligarki di Pesta Pilkada Kalsel
“Dengan adanya kesadaran publik, tentu bisa mengeliminasi kerusakan dalam pengelolaan sumber daya alam di Kalsel. Utamanya, tambang batubara dan perkebunan kelapa sawit skala besar,” tutur Uhaib.
Ketua Pelaksana Forum Publik Mahasiswa FISIP ULM, Supriansyah mengakui dari pemberitaan di media massa, tergambar tingkat kerusakan alam dan bencana ekologis yang dialami Kalsel.
“Semua ini akibat tambang batubara yang memicu bencana alam. Walau faktor alam turut menentukan, tapi kebanyakan bencana alam ini akibat faktor manusia,” ucap Supriansyah.
BACA JUGA : Banjir Melanda, Walhi Sebut Bukti Kalsel Sudah Darurat Bencana Ekologis
Dengan diangkatnya isu kerusakan lingkungan, Supriansyah mengajak koleganya khususnya kalangan mahasiswa untuk bergerak membantu masyarakat.
“Faktanya, bekas tambang batubara di Kalsel dibiarkan terbuka dan melahirkan lubang menganga. Tidak direklamasi, dan kondisinya ada di mana-mana di Kalsel,” pungkasnya.(jejakrekam)