Kenangan Dalam Lengkingan Peluit Uap Kue Putu

0

PUTU, kependekan dari pencari uang tenaga uap, adalah usaha kecil penjual makanan yang khas dengan suaranya peluit uap yang melengking, ternyata memiliki sejarah panjang.

HAMPIR semua warga masyarakat pernah memakannya. Diolah dari tepung beras yang dipadu dengan gula merah, serta taburan topping kelapa parut.

Uniknya, kue Putu matang saat dikukus dalam cetakan yang terbuat dari batang bambu. Menjadi kesuakaan semua usia, Putu lebih sedap dengan aroma daun pandan yang diadon pada bahan utama.

BACA: Berbungkus Daun Pisang, Kue Apam Banjar Lebih Lezat Dinikmati Selagi Hangat

Di Banjarmasin, penjual kue putu salah satunya Andi (30). Pemuda asal Semarang, Jawa Tengah ini baru satu tahun merantau di Banjarmasin.

Dengan menggunakan gerobak dorong, Andi berkeliling di kawasan pasar Sudirmampir, dengan menjual kue Putu Rp 1000/bijinya.

Kue Putu atau Puthu adalah kue tradisional yang memiliki daya tariknya sendiri. Meski tidak sepopuler kue modern, namun kue putu ini selalu mampu menimbulkan nostalgia yang membahagiakan bagi sebagian orang.

BACA JUGA: Bermula Untuk Hidangan Acara Keluarga, Kue Ipau Kini Jadi Primadona Saat Puasa

Dikutip dari Republika, penggiat sejarah Mochammad Antik mengatakan, kue khas pulau Jawa ini sebenarnya bisa sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu di Tiongkok pada masa Dinasti Ming.

Kue ini disebut Xian Roe Xiao Long, yaitu kue dari tepung beras yang diisi kacang hijau yang dimasak dalam cetakan bambu.

Namun, dalam naskah lama Serat Centhini yang ditulis pada tahun 1814 di masa kerajaan Mataram, muncullah nama Puthu. Di naskah tersebut, disebutkan bahwa Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi dengan menyajikan makanan pendamping berupa serabi dan puthu.

Begitu pula di naskah lainnya, Puthu identik dengan kudapan yang disajikan pagi hari. Awalnya isiannya adalah kacang hijau, namun diganti dengan gula jawa yang saat itu lebih mudah didapatkan.

Kini kue tersebut diolah dengan mengukusnya di alat yang diolah sedemikian rupa, dipadukan dengan suara nyaring tiupan peluit yang udaranya juga berasal uap yang sama dengan mengukus kue. Suara nyaring dari uap tersebut yang kini menjadi ciri khas pedagang kue tradisional ini.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/10/10/kenangan-dalam-lengkingan-peluit-uap-kue-putu/
Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.