Terkendala Anggaran, Tracking Penyintas dan Penyuluhan HIV di Banjarbaru Minim
MINIMNYA anggaran membuat Komisi Penanggulangan AIDS di Kota Banjarbaru tak bisa berbuat banyak untuk melakukan tracking dan penyuluhan HIV bagi masyarakat.
EDI Sampana, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Banjarbaru mengatakan anggaran tersebut terbatas saat pandemi Covid-19 hingga saat ini.
“Kalau dulu Rp 300 jutaan, sekarang hanya Rp 50 jutaan saja. Dulu sebelum pandemi ada kegiatan pro aktif langsung ke lokasi seperti karaoke, billiard, salon, namun setelah pandemi kegiatan itu diistirahatkan hingga sekarang,” bebernya kepada jejakrekam.com, Kamis (29/9/2022).
BACA : Dibentuk 2018 Demi Entaskan HIV/AIDS, Kadinkes Banjarmasin Siap Hidupkan KPA
Edi mengatakan, dengan dikuranginya anggaran tersebut, yang berkurang bukan penularan tetapi berimbas pada deteksi dini dan penyuluhan yang acapkali diselenggarakan.
“Yang menurun temuan deteksi dini, tetapi penularan di masyarakat tetap terjadi. Penyuluhan langsung maupun menggunakan banner ataupun spanduk terkait HIV yang kerap dijumpai pun sekarang sudah terbatas, karena tidak ada anggaran tadi,” ucapnya.
Para penyintas HIV pun masih dipandang buruk oleh banyak masyarakat karena minimnya pengetahuan perihal HIV tersebut.
BACA JUGA : Kasus Narkoba dan HIV/AIDS, Ini Catatan Anggota FPG DPRD Banjarmasin Sukhrowardi
“Banyak stigma negatif dan diskriminasi kepada pengidap HIV seharusnya itu tidak boleh, yang harus tahu itu keluarga sebab sebagai motivator untuknya dalam mengingatkan minum obat,” tegasnya.
Edi berharap dalam melakukan tracking HIV di Kota Banjarbaru, untuk anggaran KPA sendiri agar ditingkatkan untuk mempermudah pihaknya memberikan penyuluhan dan melakukan tracking ke lapangan.
“Yang jelas anggaran ditingkatkan, karena pengidap HIV tidak bisa dibedakan, harus dites medis, HIV ini tertularnya hari ini baru terdeteksi 6 bulan kemudian,” tuntasnya.
BACA JUGA : Gaung Bahaya HIV/AID Tengelam di Tengah Isu Pandemi Corona
Perlu diketahui, penyintas HIV di Banjarbaru lebih banyak ditemukan di rumah sakit alias penyintas sudah sakit agak berat, daya tahan tubuh menurun, dan sudah tertular lama. Terhitung per September 2022, penyintas HIV di Banjarbaru yang terdeteksi sebanyak 50 orang mayoritas homoseksual dan ibu rumah tangga. Penularan hampir 95 persen dari hubungan seksual yang ditularkan dari lelaki tidak setia.
Adapun penyebaran HIV ini dapat melalui produk darah (jarum yang tidak steril atau darah yang tidak disaring). Kemudian melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa alat pengaman. Serta dari ibu ke bayi dalam proses mengandung, persalinan, atau menyusui.(jejakrekam)