Zona Merah Stunting di Kabupaten Banjar, BEM Fakultas Kedokteran ULM Turun ke Desa Bunglai

0

MASUK zona merah stunting atau gagal tumbuh bagi balita karena mengalami kekurangan gizi kronis terjadi di Desa Bunglai, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

DATA itu berdasar keterangan dari Kepala Desa, Puskesmas hingga Kecamatan Aranio bahwa angka kasus stunting di Desa Bunglai tergolong tinggi di Kabupaten Banjar.

Dari pengamatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, hal itu juga berkelindan dengan tingginya angka pernikahan dini.

Ketua Gerakan FK Mengajar Pernikahan Dini, Muhammad Dzaky Helmy mengungkapkan kegiatan edukasi soal stunting dan pernikahan dini bagi para remaja sangat penting diberikan.

BACA : Petani Kopi Aranio pun Mampu Tingkatkan Kualitas Produk

“Salah satu faktor penyebab tingginya kasus stunting juga terkait dengan pernikahan dini di kalangan remaja,” ucap Dzaki Helmy kepada awak media, Sabtu (27/8/2022).

Menurut dia, pernikahan dini berisiko mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Akhirnya, terkena stunting karena nutrisi sang ibu tak mencukupi selama kehamilan.

“Sebab, sang ibu masih berusia remaja sehingga berebut gizi dengan bayi yang dikandungnya. Inilah mengapa menggelar edukasi soal pernikahan dini dari sisi dampak dan risiko serta hubungannya dengan stunting,” beber Dzaky.

BACA JUGA : Pembangunan Lanjutan Jalan Tol Banjarbaru-Batulicin Dianggarkan Rp 150 Miliar di 2023

Lokasi penyuluhan dipusatkan di SMPN 2 Aranio. Terutama, bagi para siswa dilakukan pra-test seputar pernikahan dini. Dengan metode itu, bisa diketahui seberapa seberapa besar pengetahuan para siswa terkait pernikahan dini.

Kepala Sekolah SMPN 2 Aranio, Lien Astuti Wulandari mengakui sangat responsif agar gerakan yang dilakukan BEM Fakultas Kedokteran ULM.

Apalagi, para siswa SMPN 2 Aranio juga antusias menyambut penyuluhan soal pernikahan dini. Ada 15 siswa kelas IX disuluh para mahasiswa kedokteran soal dampak pernikahan dini dan stunting.

BACA JUG A: Kunjungi Banjarbaru, Wapres Ma’ruf Amin Minta Semua Pihak Berkolaborasi Tangani Stunting

“Awalnya memang ada 15 siswa, ternyata banyak siswa dari kelas lainnya di SMPN 2 Aranio ikut edukasi pernikahan dini. Hingga, tercatat ada 47 siswa mengikuti kegiatan ini,” kata Lien.

Dia berharap lewat edukasi itu tumbuh kesadaran dari para siswa agar bisa sedini mungkin menghindari pernikahan dini. Ini karena, dalam segi medis ternyata juga memicu stunting terhadap bayi yang dikandungnya.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/08/28/zona-merah-stunting-di-kabupaten-banjar-bem-fakultas-kedokteran-ulm-turun-ke-desa-bunglai/
Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.