77 Tahun, NGopi jrektv ‘Merdeka Secara Seremoni, dan Subtansinya Belum Merdeka

0

MASIH dalam nuansa Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah 77 Tahun Merdeka, Apa Yang Didapatkan?.  Jrek TV di Ngobrol Pinggiran (NGopi) Akhir Pekan menampilkan Prof Dr HM Hadin Muhjad SH MHum, Dr Ir H Subhan Syarief MT, dan Dr Fahrianoor SIP MSi, Setiap Akhir Pekan.

MAKNA kemerdekaan, bagaimana? Perjalanan pemikiran pendiri Negara untuk bernegara. Keinginan pendiri Negara masa 1945, tentu menyempurnakan dalam bernegara. “Maka, mereka merdeka dalam membentuk pemerintahan,” ujar Prof DR HM Hadin Muhjad.

Ia mengungkapkan, konsep bernegara melindungi segenap Bangsa Indonesia.  Perjuangan Negara relative berat, dan melibatkan seluruh Bangsa Indonesia, sebab itu dulu ada kelompok-kelompok masyarakat semi pemerintahan. “Sehingga, semua komponen bangsa setuju, Indonesia untuk Merdeka,” tandasnya.

BACA: Hadir di NGopi jrektv, Yusuf Effendi: 10 Orang Kepsek Tak Penuhi Syarat Diangkat?

Meski demikian, tambah guru besar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini, ternyata setelah merdeka, tidak semua rakyat dapat merdeka. Sebab keterbatasan instrument, yang memunculkan tidak semua rakyat dapat sejahtera.

Bagaimana kita berharap pemimpin yang dapat mensejahterakan rakyatnya? jika oligarki semakin kuat, dan apa yang dicemaskan oleh salah satu founding fathers HM Hatta pun terjadi.

Bernegara dimulai niat dan cita-cita. Setiap pemerintahan memiliki visi dan misi masing-masing. Alumni Doktor Ilmu Hukum Administrasi berpendapat, kita salah arah, kapal oleng. “Rakyat kita di Pertanian. Mereka kerja keras tapi belum sejahtera,” kata dosen Fakultas Hukum ini.

BACA: NGopi; Ibukota Provinsi Pindah? Akbar Rahman : Banjarbaru Belum Siap, Benahi dulu Jaringan…

Jika kita hanya mengandalkan SDA, sambungnya, cukup berat. “Instrumen demokrasi berlanjut, dalam memilih pemimpin yang dapat mensejahterakan rakyatnya,” paparnya.

Dosen FISIP ULM Dr Fahrianoor  SIP MSi misalnya, lebih mengkritisi tentang Merdeka. “Difinisi merdeka berubah dari waktu ke waktu. Tentu keinginan besar bebas dari penjajahan,” ungkap pengamat pemerintahan ini.

Namun dalam merdeka, pangkasnya, ada orientasi kesejahteraan, masyarakat adil dan sejahtera. “Nah, keadilan menjadi persoalan, ketika kemerdekaan berubah makna,” tegas pengajar Ilmu Komunikasi ini.

jrektv
NGobrol Pinggiran (NGopi) Akhir Pekan Jrektv Banjarmasin. “77 Tahun Merdeka Kita Merdeka, Apa Yang Kita Rasakan?

Bergeser makna, katanya, kaum kapitalis yang mendapatkan keuntungan sumberdaya besar, seperti oligarki, dan klin.

Kontek kemerdekaan pun, bebernya, oligarki dapat menimbulkan perselingkuhan. Dan kaum kapitalis dan birokrasi untuk menguasai asset-aset, seperti Sumber Daya Alam (SDA), dan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Jadi ada relasi kuat untuk bermain, dan kiln menjadi ketergantungan. Merdeka harus mampu bebas dari kiln,” paparnya lagi.

BACA: NGopi Akhir Pekan, Kenapa Musibah Banjir Kalsel? Pemerintah Dinilai Lalai Menjaga Kesinambungan dan…

Dalam kontek seremoni merdeka bagus, cecarnya, dan aspek substansi belum terwujud merdeka, dalam hal kesejahteraan. “Negara harus hadir, dan semua lini hadir dalam mengatasi persoalan kemerdekaan itu,” paparnya.

Bahkan, ada warga yang sulit mendapatkan listrik sampai hari ini. Begitu pula sektor pendidikan, ada warga yang terbatas mendapatkan pendidikan.

Sedang pemerhati pemerintahan tata perkotaan, Dr Ir H Subhan syarief MT mengakui, asalnya pejuang dulu ada keingin merdeka. Dan mendapatkan keadilan dalam semua lini, termasuk kemakmuran serta kesejahteraan.

Kita dapat melihat, kata alumni Doktor Univeritas Sultan Agung Semarang ini, jika ingin merdeka, yang mendasar kita harus memiliki Sumber Daya Alam (SDA).

Era orde lama, jelasnya, eksploitasi SDA tidak sebesar saat ini. sebab yang paling banyak dikelola kolonial Belanda dan Jepang seperti hanya sektor perkebunan. Nah, lanjut ke era Minyak dan Kayu juga eksploitasi. “Bahkan pendapatan Negara dulu banyak dari hasil kayu,” pungkasnya.

BACA: Makin Kuat di Banua, Dukungan Anies Baswedan Jadi Presiden RI Mengakar

Meski pada akhirnya, era tambang masuk yang kini merajalela. “2030 diperkirakan akan habis, dan ketika kayu habis, minyak tidak ada, serta tambang tidak mampu lagi beroperasi. Lalu bagaimana kita?

Jika Negara dikelola dengan betul, maka dapat kita dapat rasakan hari ini. “Jadi saya sepakat, jika dibedah lebih jauh, maka kita masih belum mendapatkan kemerdekaan,” ucapnya.

Masa depan kita, sebut Subhan Syarief, menjadi pertanyaan mendasar? Apakah merdeka hari ini lebih nyaman dari merdeka yang dulu. Tanyakan saja kepada para petani kita. “Mereka berharap untuk bisa mendapatkan kemudahan usaha dan kesejahteraan,” imbuhnya. (jejakrekam)

Penulis rilis jrektv

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.