Hai Guru, Asesmen Diagnostik Dulu Yuk!

0

Oleh : Susyam Widiantho, S.Pd., M.Pd

SITUASI pembelajaran di dalam kelas itu bersifat dinamis. Hal ini disebabkan oleh keunikan karakter yang dimiliki oleh setiap siswa yang menjadi kodrat.

DALAM materi atau kegiatan pembelajaran tertentu, sebagian siswa dapat menyelesaikannya dengan cepat atau sangat cepat, sementara yang lain dapat menyelesaikannya hanya jika guru menjelaskan materi lebih banyak.

Beberapa siswa dapat menyukai belajar melalui permainan, sementara yang lain merasa membosankan atau berlebihan. Ada juga siswa yang mampu mencerna informasi dengan menonton video, ada juga siswa yang cepat paham jika menerima informasi audio, ada pula siswa yang cakap menyerap informasi dengan aktivitas fisik.

Jika para guru memahami perbedaan-perbedaan ini, akan ada tindakan antisipasi yang tepat yang direncanakan. Karena pemahaman bahwa setiap siswa memiliki karakter uniknya masing-masing akan membantu guru untuk merencanakan kegiatan pembelajaran yang kompleks yang dapat memfasilitasi semua keunikan tersebut.

BACA : Penghapusan Guru Honorer Melumpuhkan Pendidikan

Keberhasilan pembelajaran tidak hanya bergantung pada guru. Peran pemangku kepentingan lain sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran yang bermakna. Kurikulum baru yang kini bernama KURMA atau Kurikulum Merdeka memungkinkan peserta didik terlibat dalam pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristiknya. Pemerintah sudah mengeluarkan panduan untuk mendukung terlaksananya Program Sekolah Penggerak.

Di mana, program tersebut menjadi piloting penerapan kurikulum merdeka. Kurikulum Merdeka sebelumnya disebut pembelajaran dengan paradigma baru. Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran untuk berpusat pada peserta didik. Dengan paradigma baru ini, pembelajaran merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

BACA JUGA : Kuatkan Pendidikan Karakter, Seluruh Sekolah Sudah Terapkan Kurikulum Merdeka Belajar

Untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka dan menyelenggarakan proses pembelajaran yang berkualitas tinggi agar berdampak positif bagi peserta didik, guru harus memahami kebutuhan peserta didik dan memfasilitasi kebutuhan untuk mencapai keberhasilan belajar yang optimal.

Oleh karena itu, guru harus melakukan proses asesmen. Sejatinya asesmen dibagi menjadi 3 yaitu Asesmen Formatif, dilakukan pada awal penyampaian materi dan akhir penyampaian materi. Lalu Asesmen Sumatif yang di lakukan pada akhir peeriode tertentu. Lalu Asesmen Diagnostik yaitu asesmen awal yang di lakukan sebagai rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.

BACA JUGA : Fakultas Farmasi Uniska Sambut Kebijakan Kampus Merdeka

Kesempatan ini, saya akan fokus pada Asesmen Diagnostik karena kemerdekaan belajar siswa bisa dimulai dengan data hasil dari Asesmen Diagnostik. Model Asesmen Diagnostik terdiri dari Asesmen Diagnostik Non Kognitif dan Asesmen Diagnostik Kognitif. Asesmen Diagnostik Non Kognitif bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologi dan sosial emosi peserta didik, gaya belajar, aktivitas peserta didik selama belajar dirumah, serta kondisi keluarga peserta didik. Data ini dapat digunakan sekolah untuk menentukan Kurikulum Operasional Sekolah atau KOS dalam menganalisis konteks karakteristik sekolah, visi misi sekolah maupun menyusun rencana pembelajaran.

BACA JUGA : Mafindo Targetkan Peningkatan Kompetensi Literasi Digital 4.600 Guru Sekolah Menengah

Berikutnya adalah Asesmen Diagnostik Kognitif yang bertujuan untuk mengidentifikasi capaian kompetensi peserta didik, menyesuaikan pembelajaran dikelas dengan kompetensi rata-rata peserta didik, memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan pada peserta didik yang nilainya berada pada rata-rata bawah. Asesmen Diagnostik Kognitif ini menitik beratkan pada kemampuan literasi dan numerasi siswa. Sehingga siswa dapat di kelompokkan dalam kategori kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Kemudian terklasifikasi dalam kategori di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah rata-rata.

BACA JUGA : Terbanyak! Di Banjarbaru Terdapat 48 Guru Penggerak dan 13 Sekolah Penggerak

Hasil dari Asesmen Diagnostik ini kemudian digunakan sekolah sebagai acuan berbasis data. Kemudian sekolah akan meneruskan kepada guru-guru untuk kemudian guru mengenal karakteristik dan kemampuan siswa dan memilih modul, teknik dan media pembelajaran yang paling sesuai untuk tiap siswa. Peserta didik yang perkembangan atau hasil belajarnya paling tertinggal berdasarkan hasil Asesmen Diagnostik, diberikan pendampingan belajar dan intervensi secara khusus. Hal tersebut akan memberikan dampak positif, guru jadi dapat menyesuaikan dan bisa menentukan metode atau model pembelajaran untuk menyampaikan materi capaian pembelajaran dengan kemampuan siswa.

BACA JUGA : Pemerhati Pendidikan : PPPK Guru Rugikan Sekolah Swasta

Dengan Asesmen Diagnostik kemampuan atau karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi metodologi dan model pembelajaran terbaik apa yang bisa diterapkan dan sesuaikan dengan capaian pembelajaran peserta didik yang terbarukan atau kekinian, bukan lagi teoritis semata tetapi juga kepada skill dan sikap.

Dengan hal ini, Asesmen Diagnostik bisa diterapkan dengan mengutamakan keberagaman siswa sebagaimana hakikat pendidikan sepanjang hayat. Guru sebagai fasilitator pembelajaran akan tahu hasil asesmen diagnostik maka apapun model pembelajaran akan sangat mudah diterapkan terhadap kaberagaman karakteristik peserta didik. Baik itu tutor sebaya, peer teaching dan lainnya.

BACA JUGA : Taati Kode Etik Bimbingan Konseling, Mutu Kompetensi Guru BK Perlu Ditingkatkan

Ketika peserta didik menjadi seorang pelajar yang merdeka, peserta didik akan memiliki peluang untuk melakukan inisiatif, mempunyai suara dan kepemilikan pada proses pembelajaran serta memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik baik kepada diri sendiri, peserta didik lain, kepada pendidik dan kepada para pemangku kepentingan lainnya. Kurikulum Merdeka memberi kemerdekaan pada siswa, guru dan juga sekolah. Jangan sampai siswa, guru dan sekolah hanya menjadi “seperti” merdeka. Oleh karena itu pelaksanaan serius dan objektif dari Asesmen Diagnostik, menjadi wajib hukumnya.(jejakrekam)

Penulis adalah Guru SMA Negeri 13 Banjarmasin

Dosen Pendidikan Seni pertunjukan ULM

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/08/18/hai-guru-asesmen-diagnostik-dulu-yuk/,kemampuan asesmen guru
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.