Mencari Peran dan Berjuang Bersama dalam Pembangunan Berkelanjutan di Tengah Situasi Krisis

0

Oleh : Dr Lyta Permatasari

TAHUN 2022, sedang menuju pada bulan-bulan terakhir atau sudah melampaui paruh tahun. Suasana hangat mulai mewarnai situasi dalam negeri.

HANGAT yang selalu disertai dengan sejuknya perjuangan para pejuang/pahlawan (lingkungan) yang tidak pernah mengenal rasa takut dan lelah dlm mengatasi berbagai tantangan. Tetap istiqomah dlm langkah disertai perisai percaya diri dan percaya Tuhan. Tak dapat dipungkiri, di saat yang sama, kita pun secara lambat laun masuk dlm situasi krisis demi krisis dari skala rendah hingga sedang menuju sulit.

Di mana-mana, kabar dari rekan di daerah tak berbeda jauh dari informasi dan situasi yang ada di pusat pemerintahan. Semua akan berhemat, tentang pangan dan energi, yang ukurannya adalah ekonomi dan daya beli (plus daya bertahan untuk hidup).

BACA : IKN dalam Perspektif Sosial, Ekonomi dan Lingkungan; Menuju Kota Dunia untuk Semua

Yang dapat bersuara, masih bisa menyalurkan pemikirannya lewat ruang diplomasi yang memang kini sngat terbuka luas di darat, laut dan udara berkat adanya media telekomunikasi. Semua bisa tersampaikan, ide baik dan gagasan penting utk negeri ini. Sebagiannya ada yang diam karena belum mampu berucap dan bertanya. Sebagiannya lagi, acuh tak acuh karena keadaan, keadaan yang memaksa untuk bertahan dan menahan banyak kesulitan yang kadang membelit, kadang menukik kadang bisa diatasi, kadang juga lumpuh solusi.

Semuanya terjadi. Tak hanya di negeri kita, namun terjadi di banyak negeri. Sebuah sinyal tanda waspada akan adanya krisis sosial di tengah krisis ekonomi dan iklim yang menyelimuti bangsa-bangsa saat ini.

BACA JUGA : Solusi Atasi Banjir, Pemulihan Lingkungan Secara Bertahap Wajib Dilakukan Pemkab Banjar

Lalu masih berartikah konsep pembangunan berkelanjutan bila kita mulai masuk ke dalam situasi krisis? Bukankah krisis berarti hambatan? Hambatan dalam segala hal yang membuat makna dari Susdev itu sendiri mestinya berubah arah.

Mempertahankan kehidupan manusia dan keanekaragaman hayati menjadi hal super penting diatas segala hal penting yang ada. Catatan pentingnya adalah ketahanan diri, keluarga, lembaga, wilayah dan negara dalam menghadapi krisis harus menjadi prioritas utama dalam Susdev edisi new normal ini. Namanya saja new normal, artinya kita diminta untuk bersikap tak biasa dalam menghadapi hal-hal baru yang mungkin terjadi.

BACA JUGA : Kalsel Butuh Komitmen Kuat Selesaikan Problem Hidrometeorologi di Banua

Kehidupan sudah berubah, jadi baru, walau kita orang lama. Pola hidupnya harus baru. Kalau tidak demikian, sulit untuk bertahan di era krisis seperti ini.

Lantas ada pertanyaan. Krisis apa ya? Perasaan kehidupan kami baik-baik saja. Normal setelah pandemi. Paling ada vaksin di tubuh kami dan segalanya berjalan normal-normal saja. Belum terasa kebutuhan pokok hilang dari pasaran, bekerja masih normal, udara masih segar, langit masih biru. Ya, memang kita masih memiliki semuanya. Namun ada banyak saudara-saudara kita yang sudah tidak memiliki apa-apa.

BACA JUGA : Solusi Bersama Menyelesaikan Krisis Pasca-Pandemi bagi Pemkab Banjar

Perputaran krisisnya belum sampai ke kita. Namun sinyalnya sudah ada. Lebih baik mempersiapkan diri sebelum semuanya terlambat. Bangun semangat kebersamaan di antara kita, jangan terpecah hanya karena perbedaan pendapat yang tidak terlalu penting.

Satu selamat, semua selamat. Satu aman, semua aman. Satu berhasil, semua berhasil melewati sulitnya jembatan kehidupan yang saat ini kita lewati bersama-sama di satu negeri yang kita cintai ini. Tetaplah bersatu dan saling menguatkan di Satu Bumi. Karena Satu Bumi untuk Masa Depan Kita Semua.(jejakrekam)

Penulis adalah Active Writer Birokrat Menulis, Climate Reality Leader 2020, Analis Pemberdayaan Masyarakat Ditjen PSKL KLHK

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.