Sambut Tahun Baru Islam, Mengenang Awal Kemenangan Umat Muslim

0

MENJELANG tahun baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriyah, hampir semua umat Islam merayakannya, menandakan puncak kejayaan umat Islam.

SEPERTI yang dilakukan siswa madrasah di Banjarmasin, dilaporkan mereka melakukan iring-iringan karnaval melintasi jalan Kelayaan B dengan berbagai berbagai kostum menarik, Jumat (29/7/2022).

Pemerhati budaya Islam Syamsuddin Noor menjelaskan secara singkat sejarah 1 Muharram ditetapkan sebagai tahun baru Islam.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab, 1 Muharam diputuskan sebagai awal tahun Hijriyah setelah adanya pertanyaan Abu Musa al-Asy’ari yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Basrah.

Dalam kehidupan masyarakat Arab pra-Islam, sebenarnya sudah dikenal kalender kamariah dan kalender campuran antara kalender kamariah (kalender bulan) dan kalender syamsiyah (kalender matahari). Demikian pula sudah ada nama-nama bulan dalam setahun.

BACA: Puluhan Mobil Hias Meriahkan Tahun Baru Islam

Meskipun demikian, masyarakat Arab pra-Islam menandai sebuah tahun bukan dengan hitungan angka, melainkan dengan memberi nama tahun tersebut berdasarkan sebuah kejadian besar.

Sebagai contoh, tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW(diperkirakan pada 571 M) dikenal sebagai tahun Gajah. Pasalnya, pada tahun tersebut berlangsung upaya ekspansi Abrahah yang berniat menghancurkan Ka’bah dengan pasukan gajahnya.

Pada 638 M (17 H), Abu Musa al-Asy’ari yang memimpin Basrah, mengeluhkan tidak adanya penanda waktu dalam surat-surat yang berkaitan dengan administrasi. Hanya mencantumkan bulan tanpa tanggal dan tahun. Ini membuat Abu Musa kesulitan dalam menentukan mana surat yang lebih dahulu dan mana surat yang belakangan.

Menyadari hal ini, Umar kemudian mengadakan musyawarah dengan para sahabat Nabi SAW pada saat itu. Selain penanggalan yang sudah dikenal oleh orang Arab, ada pula penanggalan lain, seperti penanggalan Mesir dan Persia.

Saat musyawarah itu terdapat perbedaan pendapat soal kapan dimulainya penanggalan Islam. Setidaknya ada 4 pendapat, yaitu tahun kelahiran Nabi SAW, tahun diangkatnya Muhammad sebagai Rasul, tahun Rasulullah hijrah, dan tahun ketika Rasulullah wafat.

Ali bin Abi Thalib kemudian mengusulkan agar tahun pertama dalam kalender Islam dihitung dari tahun hijrah, peristiwa Nabi Muhammad SWA berangkat dari Makkah ke Madinah.

Alasannya, hijrah menjadi pembeda antara yang benar dari yang salah, dan hijrah menjadi titik awal kemenangan Islam. Pendapat ini banyak disepakati karena tahun Nabi hijrah adalah tahun ketika umat Islam mulai menunjukkan kekuatan mereka.

BACA JUGA: Narasumber Refleksi Tahun Baru Islam, Walikota Launching Program Tahfizh

Permasalahan berikutnya adalah penentuan bulan pertama dalam kalender Islam. Abdurrahman bin Auf mengusulkan bulan Rajab karena merupakan bulan suci pertama dalam setahun.

Ali, atau dalam riwayat lain Utsman bin Affan, memiliki ide agar bulan pertama dalam kalender tersebut dimulai dengan bulan Muharram, sesuai dengan kebiasaan saat itu.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq sendiri berlangsung sejak akhir bulan Safar hingga bulan Rabiul Awal.

Karena peristiwa Hijrah menjadi patokan awal penanggalan Islam, maka kalendernya disebut kalender Hijriyah. Kalender ini mengadopsi bulan-bulan yang sudah dikenal oleh masyarakat pra-Islam, dengan rentang waktu 354 hari dalam setahun, atau sekitar 11 hari lebih cepat dibandingkan dengan kalender syamsiyah.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.