Pendistribusian MGCR Gunakan Aplikasi Simirah 2.0 dan PeduliLindungi, Ayu : Pemerintah Terlalu Mempersulit Masyarakat

0

SAAT ini pemerintah Indonesia telah menggaungkan sosialisasi penjualan dan pembelian Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR) menggunakan aplikasi PeduliLindungi.

WACANA tersebut disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Penggunaan aplikasi dalam penjualan dan pembelian MGCR bertujuan agar pendistribusian MCGR lebih akuntabel dan dapat terpantau dengan baik.

Tetapi, kebijakan diatas, masih belum merata pelaksanaannya, kendati Menko Luhut telah mengusulkan masa sosialisasi dan transisi pembelian MGCR dengan aplikasi diperpanjang hingga tanggal 10 Juli mendatang.

BACA: Migor Curah Menghilang di Pasaran, Minyak Goreng Kemasan Sudah Tembus Rp 25 Ribu

Berdasarkan pantauan jejakrekam.com di Pasar Kalindo, Kuin Cerucuk, Banjarmasin Barat, sudah ada pengecer resmi yang telah terdaftar di aplikasi Sistem Informasi Minyak Goreng Curah 2.0 (Simirah 2.0).

Namun, pengecer sengaja tidak mengunduh QR Code PeduliLindungi karena merasa hal tersebut akan mempersulit pembeli MGCR, terlebih orang tua yang tidak mengerti teknologi.

“Kasihan ke orang tua yang tidak punya hp android kan dan ada juga yang tidak bisa pakai aplikasi. Terus beli minyak goreng cuma seperempat saja kan susah jadinya,” ungkap Lutfi Majid, pengecer MGCR di Pasar Kalindo.

Dia mengaku tak masalah jika pengecer harus menggunakan aplikasi. Sebab hal itu juga dapat membantu pemerintah dalam memantau distribusi dari produsen MGCR.

“Kalau pengecer tidak masalah pakai aplikasi, tapi untuk pembeli itu lebih baik tidak usah menggunakan aplikasi,” kata dia.

BACA JUGA: Mengular, Ratusan Warga Banjarbaru Antre Minyak Goreng Curah HET Rp 14.000/liter

Luthfi juga mengakui, dirinya pernah pengiriman MGCR sempat mengalami keterlambatan lantaran proses pembelian yang awalnya berbasis perdagangan menjadi industri dengan menggunakan aplikasi Simirah 2.0.

“Sempat ada keterlambatan awalnya karena masih baru kan pakai aplikasi itu, tapi syukurnya bisa teratasi. Ya, semoga proses distribusi lancar terus dan tidak ada keterlambatan supaya bisa memenuhi kebutuhan konsumen,” pungkasnya.

Sementara itu, Ayu (32) selaku ibu rumah tangga mengaku dan mengungkapkan bahwa pemerintah terlalu mempersulit masyarakat dalam membeli minyak goreng.

“Ribet dan terlalu mempersulit. Ibu rumah tangga yang sering pergi ke pasar tentu ingin hal yang praktis saja,” ungkapnya.(jejakrekam)

Penulis Ummu Hani
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.