Nang Waras Bakalah

0

Oleh : Noorhalis Majid

YANG mampu berpikir jernih, tidak terbawa emosi, sebaiknya mengalah. Mengalah bukan berarti salah, tapi mampu menahan diri untuk tidak terbawa suasana yang dapat meminggirkan akal sehat.

DENGAN mengalah, justru menjadi pemenang, artinya sanggup menaklukkan diri sendiri untuk tidak emosi, itulah makna nang waras bakalah.

Yang waras mengalah, begitu arti harfiahnya. Ungkapan ini tentu juga dikenal dalam berbagai bahasa – pada berbagai suku – budaya, dengan maksud yang sama. Kalau ungkapan tersebut juga ada di tanah Banjar, artinya kebudayaan saling memberi kontribusi – memperkaya satu dengan lainnya.

Waras, artinya mampu berpikir sehat, tidak dikendalikan emosi – apalagi dipengaruhi alam bawah sadar. Situasi yang sarat dengan emosi – hawa nafsu, sering kali menghilangkan kewarasan.

BACA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Apalagi bagi yang gemar memperturutkannya, hilanglah semua kecerdasan, pengetahuan dan bahkan wibawa, yang ada hanya emosi dan nafsu itu sendiri yang terekspresi menjadi kemarahan – arogansi – ingin menang sediri, dan lain sebagainya yang bersifat rendahan.

Manusia yang bermartabat itu mesti waras, selalu menggunakan akal sehat. Kalau dihadapkan pada masalah atau bahkan konflik sekalipun, jangan lupa menggunakan akal sehat agar mampu menggurainya, dan masalah diharapkan tidak semakin kusut.

Semakin waras, tentu semakin bermartabat sebagai manusia. Rasanya tidak ada manusia yang memiliki martabat tinggi namun tidak waras. Bahkan menjaga kewarasan, adalah bagian dari menjaga sifat kemanusiaan. 

BACA JUGA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Mengalah, bukan berarti kalah. Tetapi wujud kebesaran hati untuk lapang menerima situasi apapun. Dan hanya yang waras mampu melakukannya, yang tidak waras tidak akan memiliki kelapangan hati. Bila bawaan hati selalu ingin menang, apalagi berusaha menghalalkan segala cara agar menang, dapat dipastikan tidak waras. Betapa ruginya menjadi manusia, namun tidak waras.

BACA JUGA : Mengukur Eksistensi Bahasa Banjar Dari Karya Sastra Hingga Karya Akademik

Ungkapan ini memberikan pelajaran dan nasehat agar mengutamakan akal sehat. Jangan mudah terbawa emosi dan ngotot untuk selalu ingin menang. Karena yang menang, belum tentu benar. Bahkan yang mengaku menang, belum tentu benar-benar menang. Dari pada masalah tidak berkesudahan – konflik dan persoalan tidak dapat diselesaikan, lebih baik nang waras bakalah.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.