Bangga Kopi Lokal, Syam Indra Pratama Bikin Buku dan Kedai Prabayaksa

0

SYAM Indra Pratama, pria 32 tahun itu memegang buku berjudul ‘Biji-biji Kopi yang Bercerita di Bumi Borneo’ yang telah diluncurkan pada Maret 2021 lalu.

SYAM bercerita, buku itu mulai disusun pada 2017, dan rampung Januari yang sebulan kemudian diterbitkan oleh Tahura Media.

“Tahun itu mulai mengumpulkan data ihwal daerah-daerahnya, serta mendokumentasikan para pegiat kopi (petani). Namun, tidak ketemu sejarah kopi saat kolonial Belanda,” papar Syam kepada jejakrekam.com, Sabtu (30/4/2022) malam di kedai Prabayaksa, Sultan Adam.

Upaya mencari data sejarah Belanda, Syam menemukan artikel dari hasil riset dari sejarawan Mansyur yang dimuat dalam website media online di Banjarmasin. Fakta sejarahnya, Syam mengatakan pertama kali untuk temuan kopi lokalnya di daerah Pengaron, Maluka Baulin (Kurau) dan Hulu Sungai. “Dalam buku ini, fakta sejarah juga menyebutkan di daerah hulu sungai, Barabai dan Tapin,” ujarnya.

BACA : Dari Tabuhan Gamalan Banjar dan Diskusi Ihwal Kopi yang Mewarnai Tradisi Banua

Pada tahun 1790, Syam mengatakan wilayah itu merupakan bagian sejarah kopi yang ditanam oleh kolonial Belanda. “Kalau versi kesultanan itu ada perjanjian dengan Belanda pada 1800an,” ungkapnya.

Terkait dinamika kopi, Syam menjelaskan soal perkembangan industri kopi di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin dan sekitarnya. Kata dia, bagaimana kita melihat kualitas kopi, serta keterlibatan dan perhatian pemerintah setempat.

Syam menuturkan tujuan dari penerbitan buku itu adalah memberikan edukasi dan menyaringkan gaung kepedulian terhadap kopi lokal di Kalsel. “Buku ini terdiri dari 122 halaman dengan 25 esai,” katanya.

BACA JUGA : Sapa Penikmat Kopi, Rumah Oettara Koffie Kembali Buka di Banjarbaru

Menurut Syam, hingga kini, kopi Kalsel masih terbilang jarang tampil di etalase-etalase dan meja-meja seduh kedai kopi besar mapun kecil di Bumi Sultan Suriansyah.

“Harapannya buku ini bisa membangkitkan kembali semangat masyarakat Kalsel untuk mencintai dan menggunakan produk lokal, khususnya kopi Kalsel,” kata founder Berita Banjarmasin itu.

Deretan buku karya Syam Indra Pratama yang dituangkan dalam buku di kedai kopi Prabayaksa di Kampung Buku Banjarmasin. (Foto Rahim Arza)

Syam mengatakan, data buku itu sempat mandek dan berlanjut proses penulisan dimulai sejak 2019. “Sebelum pandemi melanda dunia. Saya sendiri merasa kesulitan mengumpulkan bahan dan literatur mengenai sejarah kopi yang tumbuh di Kalsel,” ucapnya.

BACA JUGA : Ada Kedai Kopi, Bandarmasih Tempo Doeloe di Jalan Istana Pos Diresmikan Walikota Ibnu Sina

Syam mengaku tertarik dengan literatur sejarah kopi di Banua, karena sangat jarang dicari, dikumpulkan bahkan dibukukan. Kata dia, kopi di Banua erat kaitannya dengan kolonialisme Belanda.

“Selama ini kita seperti berasumsi, namun ternyata tidak. Ini benar-benar berkaitan erat dengan kolonial tempo dulu di era Kesultanan Banjar,” tuturnya.

BACA JUGA : Menyusuri Kenikmatan Secangkir Kopi dari Borneo Bagian Selatan

Syam berharap, buku itu mampu menjadi khazanah pengetahuan dan wawasan kepada generasi berikutnya, bahwa Kalsel patut berbangga dengan kopinya sendiri.

“Insya Allah kita bisa setara dengan kopi Gayo, Mandheling, Toraja, Sidikalang bahkan Flores. Kopi Banjar tak kalah bagusnya jika dikelola dengan baik,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahim Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.